16. Heartbeat

78 27 1
                                    



Met Malming~~




"Baiklah, bapak tutup pembelajaran pada hari ini. Tugasnya kumpul dua minggu dari sekarang. Selamat siang!"

"Siang pak!" Seru dalam kelas tersebut kompak. Mulai bergegas keluar dari kelas, Jimin agak terakhir karena masih sibuk membereskan barang bawaannya.

"Pak!" Seruan itu membuat Jimin langsung mendongak dan mendapati Yeji dihadapannya. Tidak sadar kapan anak didiknya sudah berdiri disana.

"Ya?"

"Itu..... bapak tidak akan marah,kan?"

Alis Jimin terangkat satu, tentunya sedikit bingung akan ucapan Yeji. Gadis itu belum mengatakan apapun sudah mengatakan ia akan marah. Jimin masih diam, menunggu gadis Hwang itu melanjutkan ucapannya.

"Selama liburan kemarin, aku melihat sosok yang mengikuti bapak!" Jimin tersentak membuat Yeji yang dihadapannya tampak gelagapan, seperti rahasia besar terbongkar begitu saja.

"Yeji, kau..."

"Itu tidak seperti apa yang bapak pikirkan, aku hanya bisa merasakan keberadaan mereka. Tapi, yang kemarin aku melihat setitik cahaya putih di sisi bapak saat di bis!" Pukas Yeji, berterus terang. Jimin terlihat menghela napas. Lalu tersenyum kepada anak didiknya.

"Bapak tidak marah, terima kasih sudah berterus terang. Sebenarnya, bapak tidak diikuti, ini agak rumit. Hantu itu meminta bantuan kepada bapak!" Beritahunya.

"Bantuan? Seperti apa?" Jelas Yeji jadi kepo, pasalnya saat di bis kemarin sampai ke tempat perkemahan, Jimin terlihat dekat dengan sosok tersebut. "Tunggu, dia hantu?"

"Iya, lebih tepatnya hantu yang tidak tahu asal dan tujuannya. Ia tersesat di dalam wujudnya!"

"Maksud bapak, dia belum meninggal?"

"Kemungkinan iya dan itu sebabnya bapak menolongnya untuk kembali ke kehidupan aslinya." Finalnya. Yeji tampak mengangguk sebelum tangan seseorang menariknya keluar.

"Astaga, aku menunggumu dan kau masih berdiri diam disini, ayo kita sudah terlambat!" Yeonjun mengomel sembari menggeret Yeji keluar dari kelas, Jimin melambai santai sembari menggeleng lirih. Anak muda zaman sekarang, jiwa mudanya mudah berkobar. Sejak kemarin, keduanya tampak dekat. Jimin tidak akan menanyakan yang macam-macam kepada anak didiknya, setidaknya mereka tidak bertingkah di luar batas, Jimin sudah memakluminya.

"Kau kelihatan bahagia?" Jimin langsung menoleh begitu mendengar suara halus yang khas, setelahnya menunduk, tangannya bergerak lincah merapikan buku-buku mata kuliah miliknya, lalu kembali mendongak hanya untuk bertemu tatap dengan Dahyun.

"Apa itu terlihat sekali?" Mau tidak mau Dahyun mengangguk, Jimin tersenyum, seakan membenarkan apa yang Dahyun katakan. "Kau bisa mengatakan seperti itu!"

"Ada apa ini? Kau sedang kasmaran ya?" Jahil Dahyun, Jimin menghela napas dan mencoba untuk mengabaikan etensitas Dahyun yang sudah berdiri dihadapannya, terhalang oleh meja guru atau dosen. Sosok itu menumpuhkan tangannya di atas meja, kemudian menopang wajahnya, tersenyum begitu lembut. Masih jelas menggoda Jimin blak-blakan. "Ayolah, mengaku saja. Siapa dia? Apa perlu aku membantumu?" Tawarnya dengan alis naik-turun. Jimin hanya diam, masih tidak menghiraukan Dahyun. Membuat hantu itu berdecak kesal. Jimin memang sulit digapai.

"Aku menyesal, kau benar-benar menyebalkan!" Dengan menghentakkan kakinya, Dahyun berjalan menjauh dari posisinya. Jimin menggeleng lirih dan mengucapkan sesuatu yang sayangnya Dahyun tak hiraukan.

Adorable GhostWhere stories live. Discover now