8. Piece Of Memories

67 31 4
                                    






Jimin tengah memijit pelipisnya. Ia kembali membaca rekapan ulang kecelakaan tersebut, hingga ia tidak sadar Dahyun juga ikut membaca disana. Terlihat alisnya menukik tajam karena bingung dan pusing dengan rentetan semua kalimatnya.

"Kau serius sekali!" Pukasnya lembut dan hal itu malah membuat Jimin terkejut lantaran posisi mereka yang terlampau dekat, bahkan Jimin hampir mengecup pipi itu jika tidak refleks mundur.

"Ya! Kau mengejutkanku!" Jimin mengusap dadanya. Ia juga sadar kalau Dahyun tak menapak tanah hingga ia tidak mendengar kedatangan hantu tersebut. Dahyun hanya diam saja, wajahnya menunjukkan rasa tak bersalah karena membuat pemuda itu kaget. Ia menatap kertas itu lama kemudian beralih pada Jimin, seakan meminta penjelasan.

"Ah, ini rekapan kecelakaan itu. Mau melihat? Sebenarnya kau sudah pernah membacanya saat tak sengaja masuk kamarku!" Papar Jimin. Dahyun segera mengalihkan perhatiannya, seakan menolak kalimat terakhir Jimin.

"Aku baru memegang saat kau datang!" Dahyun terlihat ragu untuk mengatakan kalimat yang sudah ia susun matang-matang. "Kau tidak akan mengusirku, kan?"

Senyum itu sedikit luntur kala Dahyun kembali mengingat kejadian beberapa hari yang lalu. Diusapnya dengan lembut puncak kepala Dahyun dan kembali melebarkan senyumannya hingga matanya hampir tenggelam dimakan kelopak. "Tidak, tidak akan kuulangi lagi hal seperti itu dan lagi, aku sudah berjanji padamu akan membantumu menemukan siapa jati dirimu!"

Dahyun menghela napas lega dan kini dirinya fokus pada semua rentetan kalimat yang ada di dalam kertas tersebut. Setidaknya, ia juga ingin membantu Jimin menyelesaikan kasus ini. "Boleh aku membantumu?" Tanya Dahyun menyerukan kata hatinya. Jimin mengangguk.

"Tentu, aku akan sangat terbantu!"

Dahyun kira, membalas hutang budi seseorang akan sulit, tapi dengan Jimin rasanya semuanya terlihat mudah. Pemuda itu tak muluk-muluk dalam hal apapun, hanya bantuan kecil yang berefek besar untuknya. Ia juga bertekad, jika dirinya tahu siapa ia, dan bisa dipertemukan kembali dengan Jimin dalam wujud manusianya, Dahyun akan banyak mengucapkan terima kasih pada pemuda tersebut yang telah membantunya sampai berhasil.

"Itu aneh!" Tutur Dahyun begitu saja. Ia sudah beberapa kali membaca lembaran kertas dengan banyaknya tulisan tersebut, tapi tetap tidak mengerti dan setelah membaca kesepuluh kalinya, ia mendapati hal aneh dalam kertas-kertas tersebut. Jimin yang awalnya diam bergerak mendekat.

"Apa yang aneh?" Sebenarnya, Jimin juga sudah membaca itu berpuluhan kali, tapi tanggapan Dahyun membuatnya penasaran, lantaran nada bicara itu menyiratkan sesuatu. Dahyun segera memberitahu Jimin yang ia rasa aneh tersebut.

"Lihat, disini hanya tertulis satu nama saja, seharusnya nama lainnya ikut serta!" Jimin yang melihat baru menyadari hal itu. Itu benar, kenapa ia tidak membaca dengan detail semuanya. Tapi, Jimin terlihat menyangkalnya.

"Bisa jadi itu memang namanya. Ada orang yang memang menggunakan satu nama saja!" Dahyun mengangguk paham, mungkin ada. Ya, tapi firasatnya itu mengatakan nama tersebut adalah marga seseorang.

"Jim–!"

"Iya?"

"Kurasa ini palsu!" Terka Dahyun. Ya, ia memang hanya bisa menerka, tapi dari semuanya itu ia benar-benar percaya jika rekapan ini sudah di edit sedemikian rupa agar terlihat baru dan menarik. Jimin mengerutkan alisnya.

"Apa yang membuatmu seyakin itu kalau ini palsu?" Tanya Jimin. Ia bisa melihat keseriusan dalam perubahan raut wajahnya. Sosok itu serius sekali kala mengatakan rekapan itu palsu. Dahyun terdiam, ditatapnya lamat kertas tersebut.

Adorable GhostOnde histórias criam vida. Descubra agora