13. Holiday

74 28 6
                                    




"Pokoknya aku ikut!"

Pagi-pagi Dahyun sudah merengek untuk bisa ikut bersama Jimin. Tentunya ia tidak ingin membiarkan siapapun mengganggu Jimin, padahal niatnya jelas bukan itu. Dahyun hanya ingin melihat dunia lebih luas lagi. Pemuda Park itu memijit pelipisnya pelan, sudah pusing mendengar rengekan Dahyun yang tak habis-habisnya.

"Tidak bisa, kau harus tetap di rumah!"

"Cih! Lagipula mereka tidak bisa melihatku dan aku tidak akan jauh-jauh. Ayo, ajak aku!"

Jimin diam, kalau dirinya tak mengajak Dahyun sudah dipastikan hantu ini akan terus merengek ikut. Ya, hari ini Jimin bersama anak didikannya tengah melakukan kegiatan outdoor dan mereka berniat melakukan camping di daerah perbukitan yang tidak jauh, mungkin menempuh perjalanan sekitar lima jam lamanya dan mereka akan sampai petang nanti jika berangkat pukul sebelas atau dua belas siang.

Pemuda itu menatap Dahyun, ada binar yang terpancar di sana dan Jimin rasanya tidak ingin menghilangkan binar tersebut. Acap kali Jimin selalu terpesona akan binar tersebut. Memilih mengangguk, "oke, kau boleh ikut tapi ingat harus di dalam pengawasanku!" Jimin harus mewanti-wanti akan kelakukan hantu satu ini. Bisa gila jika melihat Dahyun bertingkah macam-macam.

"Kau memang yang terbaik!" Pekik Dahyun sembari memeluk Jimin. Tentunya ia tidak sadar apa yang baru saja ia lakukan dan hal itu sukses membuat Jimin mematung ditempat. Dahyun masih asyik berteriak kegirangan dan meninggalkan Jimin yang hampir kehabisan napas karena terkejut.

"Dahyun!" Ujar Jimin lirih, guna menyadarkan Dahyun. Hantu itu menghentikan aktivitasnya dan memundurkan jarak. Suasana canggung langsung melingkupi begitu ia menyadari apa yang terjadi. Semu merah langsung terpancar di pipi pucatnya.

"Uh~ maaf. Aku terlalu senang sampai tidak sadar!" Oke, Jimin mengangguk saja. Menggeret sebuah koper kecil bersamaan menyampirkan tas slempangan berisi ponsel dan dompet miliknya. Ya, itu sebuah hal wajib yang harus dibawa. Dahyun sudah berdiri di sisinya dengan senyum lebar. Senang sekali bisa ikut bersama Jimin. Kan kalau begini ia bisa refresing juga. Bosan duduk diam di dalam apartemen dan satu lagi, ia berhasil mendapatkan nilai sempurna untuk ulangan pribadinya. Tentu itu sebuah pencapaian yang fantastis mengingat Dahyun yang tak banyak mengerti pada hidup yang ia jalani saat ini.

Begitu Jimin sampai di pelantaran kampus, semua sudah berkumpul hanya menunggu kedatangan Jimin. Dosen muda itu dengan cepat menghampiri anak didiknya. "Kalian sudah lengkap? Sudah dihitung tadi?" Tanyanya begitu sampai dihadapan ketua mahasiswa. Yeonjun—si ketua mahasiswa didikan Jimin tampak mengangguk.

"Sudah Pak, semuanya sudah lengkap. Ada empat puluh orang yang berpartisipasi!" Jawabnya memberitahu, Jimin mengangguk mengingat jika bukan hanya anak didiknya saa yang ikut, ada sekitar empat dosen yang berpartisipasi ditambah dirinya pribadi lalu setelahnya meminta megaphone dari tangan pemuda Choi tersebut.

"Perhatian semuanya!" Teriak Jimin selaku orang yang memimpin kegiatan ini dan atensi semua mahasiswa langsung tertuju padanya termasuk empat dosen tersebut. "Terimakasih untuk perhatian, dengar! Bapak tidak akan mengulang hal ini dua kali, karena kalian sudah dewasa dan pastinya bisa menjaga diri masing-masing tapi tetap dalam pantauan bapak. Pastikan bawaan kalian sudah lengkap, tidak ada yang tertinggal lagi karena kita tidak akan menunggu hal yang tidak berguna. Terlambat sudah harus terima konsekuensi. Jadi, kalian sudah lengkap?"

"Sudah Pak!!"

"Bagus, sekarang masuk ke dalam bus. Kita berangkat sekarang!"

Jimin sudah duduk anteng di dalam bus dan mengalihkan perhatiannya menatap sekitar. Sesampai di kampus tadi, ia sudah kehilangan Dahyun dan dirinya tidak tahu di mana hantu itu berada. "Mencariku?"

Adorable GhostWhere stories live. Discover now