24. Proposal

72 10 0
                                    




Senyuman Jimin tak luntur dengan apa yang netranya tangkap. Dahyun kini berdiri dihadapannya dengan tangan yang masih bertengger nyaman, melingkar di leher Jimin. Pemuda itu duduk diatas meja, membiarkan Dahyun bermanja ria kepadanya setelah menceritakan jika gadis itu sudah mengingat keseluruhan apa yang terjadi padanya saat dalam bentuk jiwa.

Sebelum cerita, mereka melepaskan rindu lewat ciuman intens. Tak tanggung-tanggung memang. Mereka sudah kelewat rindu dan ini obat untuk menyembuhkannya.

Dahyun yang manja seperti ini dan Jimin yang sesekali mengecup pipi Dahyun, cukup gemas. Jadi ingat Yewon yang sekarang masih sekolah, pasti senang ia beri kejutan seperti ini.

Dahyun memundurkan wajahnya, tiba-tiba menatap Jimin nyalang, "Aku sudah mengatakan untuk datang menemuiku, apa yang kau lakukan?"

Terkekeh dan itu membuat Dahyun merenggut kesal. "Aku datang, hanya melihatmu dari luar. Aku tidak ingin mengganggu Seobin yang menjelaskan banyak hal kepadamu!"

"Jadi?"

"Apa?"

"Kau adalah orang yang menyelamatkanku?" Tanyanya. Jimin diam sejenak, berpikir. "Bisa dibilang seperti itu." Mengendikkan bahunya, "Dua kali!" Lalu ia terkekeh yang juga membuat Dahyun tersenyum semakin lebar.

"Astaga umurmu sudah hampir memasuki 30-an, tapi masih bertingkah kekanakan!"

"Sadarlah, kau hanya setahun dibawahku! Tapi apa, kuliah baru semester pertama!"

"Aku juga tidak ingin seperti ini, asal kau tahu!"

Lalu keduanya tertawa bersama, menikmati setiap moment yang terjadi. Jimin sangat bahagia, tiba waktunya dirinya bisa bersama Dahyun kembali dalam wujud aslinya. Gadis itu menangkup wajah Jimin lalu mencuri tipis ciuman pada bibir semi tebalnya. Lagi, Jimin diam tapi menerima apa yang Dahyun lakukan.

"Bagaimana kabar Yewon? Anak itu masih bisa melihat jiwa tersesat?"

"Sudah tidak lagi. Keseringan Yewon cerita jika ibunya mendatanginya di mimpi. Terakhir ibunya memunculkan diri. Anak itu sudah tumbuh dengan baik. Sekarang aku masukkan dia sekolah!"

"Aku jadi rindu dengannya!"

"Mau bertemu? Aku tidak ada mengajar lagi. Jadi, kubawa kau ke apartemen dan setelahnya aku menjemput Yewon di sekolahnya!"

"Lho, kenapa tidak sekalian saja?" Tanyanya bingung. Jimin mengerlingkan matanya.

"Aku ingin membuat kejutan untuknya. Ayo, atau kau masih ada jadwal?"

"Hari ini aku kosong, hanya bosan dirumah jadinya datang ke kampus dan sekalinya malah ingat semuanya!"

"Bagus, jadi aku tidak perlu lelah menunggumu untuk ingat!"

"Jahat, kenapa tidak kau beritahu saja?" Dahyun merengut dan Jimin mencubit hidung Dahyun. "Tidak seru jika aku yang memberitahu, biar greget kalau kau yang mengingatnya sendiri!" Jimin mendorong kecil tubuh Dahyun dari hadapannya. Ia harus bersiap karena putrinya tidak lama lagi pulang.

"Ayo, sebelum Yewon rewel karena tadi pagi anak itu tidak mau sekolah!"

Setelah menurunkan Dahyun di apartemen dan membiarkan gadis itu ke huniannya, yang pastinya masih ingat walaupun Jimin yang mengatakan lagi, pemuda itu melajukan mobilnya menuju sekolah Yewon. Membantu anak itu duduk dan memakai sabuk pengaman.

Selama perjalanan pulang, Yewon tak henti-hentinya berceloteh, mulai dari..

"Ayah tadi waktu sekolah Yewon nyanyi!" Jimin tanggapi dengan anggukan. Dan lanjut dengan dimulai kata 'ayah' dan berakhir gadis itu lelah dan tertidur. Pemuda itu memaklumi karena Yewon pasti lelah. "Ayah tidak sabar memberikanmu kejutan, Shin Yewon!"

Adorable GhostWhere stories live. Discover now