18. Apakah....?

80 18 1
                                    



Hayy



Dahyun bangun dengan keadaan kepala yang terus berputar. Agak menyipitkan matanya melihat sekitar yang tampak asing, sebelum dirinya sadar jika ia tidur diatas kasur. Masih lemot hingga ia terbelalak kaget.

"Apa yang kulakukan di sini?" Tanyannya lalu beranjak, memegangi kepalanya yang pusing luar biasa. Dengan mata yang masih membola sembari menatap sekitar untuk lebih jelas lagi. Benar, ini adalah kamar Jimin. Tapi, tidak ada pemuda itu di ruangan privasinya dan Dahyun tidak seharusnya berada di sini.

Bunyi derit pintu membuat Dahyun mendongak dan mendapati pemuda itu tengah berdiri, juga menatapnya. Keadaan jadi hening sesaat, sebelum Dahyun bersuara lebih dahulu. "Oh, maaf. Kalau begitu aku akan keluar dulu!"

Baru tiga langkah, kakinya sudah tidak seimbang, badannya hampir terhuyung jika tidak Jimin cegah dengan cepat. Pemuda itu terlihat berdecak. "Jangan membuat pergerakan yang tiba-tiba, kau masih pusing. Duduklah dulu!"

Dahyun hanya diam sembari memandang Jimin heran, itu aneh. Pemuda itu terlihat berbeda dari biasanya. Dengan jas mewah yang memang jarang Dahyun lihat. "Kau mau kemana?"

"Kasus baru. Kau diam dirumah, jangan kemana-mana!"

Mau tidak mau, Dahyun mengangguk. Seketika mengingat apa yang semalam mereka lakukan. Ia merutuki tindakannya yang memang lemah dalam alkohol. Ia punya toleransi yang rendah, padahal hanya lima kali teguk.

"Bagus, mungkin aku akan pulang larut. Jadi, jaga rumah untukku!" Dahyun lantas menghormat kepada Jimin. Pemuda itu mengacak rambut Dahyun dan pergi dari sana, selepas membantu Dahyun karena pasti hantu itu masih hangover.

Kepergian Jimin menjadi tanda tanya bagi Dahyun. Pemuda itu terlihat damai dari biasanya, walau kenyataannya memang pemuda itu damai sekali, seperti tidak ada kesulitan. Tapi, tetap saja itu aneh dimata Dahyun. Damainya Jimin seperti menyimpan sejuta rahasia besar.

"Apa kasus awalnya sudah menghasilkan titik temu?" Tanyanya pada diri sendiri, lalu ia menggeleng. Jimin selalu cerita jika pemuda itu belum juga menemukan titik terang. Mendadak Dahyun menghela napas, mengingat jika ia akan sendirian sampai malam nanti.

Jimin benar-benar pulang larut dan mendapati Dahyun yang tidur di sofa ruang tengah, meringkuk seperti anak bayi. Pemuda itu menghela napasnya. Padahal ia sudah menyiapkan selimut untuknya tapi tetap tidak digunakan. Walaupun hantu, juga merasakan dingin dan panas. Benarkah pemikiran Jimin tersebut?

Nyatanya pergerakan Jimin membuat Dahyun membuka mata, segera mengubah posisinya. Jimin yang berdiri dan Dahyun yang duduk di sofa. "Kau sudah pulang?" Jimin mengangguk. Pemuda itu menatap sekitar huniannya sebelum matanya kembali menatap Dahyun. Tapi, ada yang aneh disana. Jimin seperti melihat sesuatu. Lantas berjongkok dihadapan Dahyun dan menangkup wajahnya. Hal itu membuat Dahyun jelas membola, terlampau terkejut dengan tindakan tiba-tiba Jimin.

"Jimin~"

"Dahyun, kau.." Ucapannya berhenti, masih meneliti wajah dihadapannya. Jimin tidak akan berbohong jika sekarang dirinya bisa melihat wajah itu secara keseluruhan, utuh tidak seperti pertama kali yang ia lihat hanya mata, hidung dan bibirnya saja. Jelas, Jimin terkejut melihat keseluruhan tersebut.

Bahkan ia ingin menjedotkan kepalanya sangking bahagianya melihat hal tersebut. Dahyun, si korban yang tidak tahu apa-apa hanya bisa diam dengan alis mengernyit dalam. Sudah disimpan dalam kepalanya, jika Jimin satu hari ini aneh.

Adorable GhostWhere stories live. Discover now