21. Another

67 11 2
                                    







"Pagi!"

Baru membuka mata, mendapati pemandangan yang luar biasa. Dahyun hanya diam saja ditempatnya, tapi bibir itu melengkungkan seulas senyum. Usakan Dahyun dapatkan. Jimin pelakunya, lalu pria itu beranjak dari posisinya.

Dahyun masih belum mau beranjak dari posisinya dan Jimin terlihat tidak memperdulikannya, membiarkan Dahyun nyaman pada posisinya sebelum dirinya mengulet pelan dan bangun dari pembaringannya. Menggosok pelan matanya tapi langsung ditahan oleh tangan lain. Lagi, Jiminlah pelakunya.

"Jangan digosok, matamu akan sakit!"

Entahlah, setelah pengakuan Jimin beberapa hari yang lalu, semuanya terasa berbeda. Sikap Jimin tampak lembut kepadanya meskipun beberapa waktu yang lalu juga sama, tapi ini lain dari yang lain. Jimin seperti menemukan kehidupan yang sesungguhnya dengan hadirnya Dahyun di sisinya.

Ia acak tipis rambut gadis tersebut dan menimbulkan decakan tidak suka dari yang bersangkutan. Menatap tajam Jimin dan itu malah terlihat menggemaskan dimatanya.

Pemuda itu hanya menatap Dahyun lamat dari posisinya dan sukses membuat pipi itu memerah samar karena merasa gugup ditatap selama itu. Jimin tersenyum, sangat lebar hingga matanya tertelan pipi dan membentuk bulan sabit. Lalu setelahnya terkekeh tipis. Sungguh, itu pemandangan yang menyegarkan bagi Jimin.

"Apa kau akan terus berada disana?" Suaranya kembali mengudara, mengisi keheningan yang ada. "Kita harus kembali melanjutkan kasus ini!" Ucapnya melanjutkan. Tersadar, Dahyun bergegas beranjak.

Kalau kalian bertanya, mereka memang tidur seranjang. Tidak ada hal yang lain, hanya tidur biasa. Lagipula, Jimin masih tahu jika sosok dihadapannya adalah jiwa yang tersesat, jadi tidak mungkin—hei hentikan pikiran kotor tersebut.

Mereka sudah siap untuk pergi, sebelum masuk kedalam mobil Dahyun mengatakan sesuatu kepada Jimin dan ditanggapi anggukan oleh pemuda tersebut. Perlahan mobil metalik hitam milik Jimin melaju membelah jalanan di daerah Busan.

Mobil tersebut di daerah yang tidak ramai penduduk. Memang ada beberapa daerah yang seperti itu karena sebuah tragedi yang sering menimpa kota Busan. Bahkan dijalanan sudah banyak gambar orang meninggal karena tabrak lari ataupun karena faktor yang lain. Jimin mendekati salah satunya, berdiri tepat di sebuah toko yang telah lama tutup.

Ia ambil buku kecil di dalam sakunya. Seperti tengah menganalisis semua gambar yang ada. Dahyun tampak diam disisinya. Gadis itu sudah seperti ini semenjak masuk kedalam daerah tersebut.

"Jimin!" Itu adalah suara pertama yang Dahyun ucapkan setelah keduanya hening. Pemuda itu dengan cepat menoleh dan memberikan gesture bertanya. Terdiam sejenak, sepertinya tengah berpikir kata yang pas untuk ia katakan.

"Selain rekapan, apa ada hal yang lain ketua detektif berikan kepadamu?" Tanyanya dengan nada penasaran. Jimin terdiam, tengah berpikir. Hari itu mereka banyak membahas beberapa hal, termasuk data asli dari kejadian tersebut.

Menghela napasnya, Jimin menatap Dahyun lamat. "Aku sungguh terkejut jika mereka masih mengusut kasus ini sedangkan di pusat tidak. Mereka begitu penasaran dengan kejadian ini. Banyak korban. Tapi saat itu ada yang datang menolong salah satu korbannya. Entah, itu yang sempat mereka katakan kemarin!" Pukasnya. Dahyun mengangguk paham.

Sebenarnya Dahyun ingin bertanya lebih seperti, 'apa selain dirinya ada korban lagi yang selamat?' Tapi setelah mendengar ucapan Jimin kalau mereka masih belum menemukan siapa saja yang selamat membuatnya mengurungkan niat dan tampaknya Jimin paham apa yang tengah melanda pikiran sosok tersebut.

Adorable GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang