6. Sorry

89 32 0
                                    





Dahyun terperanjat. Matanya membulat sempurna mendapati Jimin sudah berada di ambang pintu kamarnya. Mendadak, Dahyun gugup ditempatnya, bahkan kertas yang ia pegang barusan jatuh begitu saja sangking terkejutnya.

"Ji–Jimin!"

Jimin melangkah masuk, matanya masih menyorot tajam kepada Dahyun, sukses hal itu membuat Dahyun ciut ditempatnya. Kenapa ia bodoh sekali? Bagaimana bisa ia tidak mendengar suara Jimin tadi?

Iya, begitu Jimin sampai di aparteman, pemuda itu terus memanggil nama Dahyun. Karena tidak ada sahutan dan malah mendapati pintu kamarnya sedikit terbuka, Jimin bergegas ke sana dan malah hal ini yang ia dapatkan. Ia pikir, ada maling yang masuk hingga pintu yang ia jaga itu terbuka, nyatanya memang maling yang tinggal seatap dengannya.

"Sekali lagi, apa yang kau lakukan disini?"

Dahyun gagu, bingung ingin menjelaskan seperti apa. Semuanya sudah ia rancang kala Jimin datang, tapi nyatanya setelah pemuda itu datang, ia malah tidak tahu apa yang harus ia katakan.

"Ji..."

"Jelaskan padaku, Dahyun!" Tekan Jimin mengintimidasi. Dahyun meneguk salivanya berat. Jimin tersenyum remeh. Tatapannya kembali menajam, menyorot kepada Dahyun.

"Tidak bisa menjelaskan? Kau sudah tahu aturannya, kan?" Dahyun mengangguk lirih.

"Bagus, sekarang pergi!" Bentak Jimin membahana. Dahyun gelagapan.

"Tapi, Jim. Aku akan..."

"Kubilang pergi, Dahyun. Pergi!"

Dahyun tersentak begitu Jimin kembali membentaknya dengan nada yang meninggi. Lalu setelahnya ia membungkuk sopan dan segera menghilang dari sana. Jimin mengusak rambutnya. Kamarnya tidak seberantakan itu kala Dahyun masuk. Tapi, tetap saja ini melanggar aturan. Ini adalah area privasinya.

Jimin menatap sekitar. Huniannya menjadi sepi dan matanya membulat sempurna mendapati tiga kantong pakaian dari merk terkenal di tata rapi di atas meja. Niatnya ia akan memberikan kepada Dahyun, dan sekarang ia malah mengusirnya.

"Sial!!"

Jimin segera berlari keluar dari huniannya guna mencari Dahyun. Jujur, ia sedikit khilaf begitu melihat sosok itu berada di kamarnya. Ia tak membuat sesuatu yang merugikan. Matanya menatap kesana-kemari mencari keberadaannya.

"Ya! Dahyun!"

Jimin benar-benar merutuki dirinya. Ia akan merasa bersalah jika Dahyun tidak ia temukan. Hingga ia mendengar suara seseorang menangis. Suara yang terdengar familiar di telinganya.

"Kau bodoh Dahyun, hiks! Bagaimana bisa, hiks kau bodoh!"

"Dahyun!" Jimin berjalan mendekat begitu berhasil menemukan Dahyun. Ia menghela napas lega. Dahyun yang mendengar seseorang memanggilnya langsung berdiri dan terpaku ditempatnya mendapati Jimin kini berdiri di hadapannya. Ia tampak mundur, seakan-akan menjaga jarak. Hal itu membuat Jimin tertegun.

"Hei!"

"Aku baik-baik saja. Terimakasih!"

"Dahyun, bukan..."

"Tidak apa-apa, aku mengerti. Seharusnya aku tahu batasanku. Aku hanya penasaran kenapa aku berakhir seperti ini dan malah melanggarnya. Maaf!" Dahyun membungkuk sopan kepada Jimin, membuat Jimin terperangah.

"Aku tidak akan mengusikmu lagi. Aku hanya... kupikir dengan bertemu denganmu yang bisa melihatku akan membuatku tahu apa yang terjadi padaku. Nyatanya, aku malah mengacaukan semuanya!" Dahyun tersenyum tipis. Pandangannya bertemu dengan netra Jimin. Jimin tampak menggeleng lirih.

Adorable GhostWhere stories live. Discover now