Jika napas ini habis • 19

3K 269 27
                                    

Happy Reading

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Happy Reading...

[...]

📨New message
Aku bawa Mahesa ke rumah Ibu dulu sampai kondisi sama lukanya pulih. Mahesa ngak mau pulang dengan keadaan dia kayak gitu, ngak mau Mahen nanya yang aneh-aneh katanya. Besok pulang kayaknya. Tenang, anakmu itu kuat.

     Alya hanya mampu menghela napas sedih saat pesan itu berhasil ia baca. Ia memakluminya, mungkin karena Mahesa tidak mau kondisi Mahen down. Ya, setidaknya itu alasan jauh lebih baik meski Alya sendiri begitu ingin melihat Mahesa. Ia begitu merindukan anaknya.

"Mah, kok, ngelamun?" sebuah suara lirih membangunkan Alya saat ia sedikit melamun. Ia menatap Mahen yang sudah rapi dengan seragam sekolahnya. Sebenarnya masih sulit untuk Alya memberikan ijin anak itu untuk kembali menjalankan aktifitasnya sebagai pelajar, tapi bukan Mahen jika tidak berpendirian teguh dengan keputusannya.

Alya tersenyum manis, sembari lekas menyiapkan piring di depan Mahen. "Ngak apa-apa. Mama cuman mikirin kalau anak-anak Mama udah gede semua ternyata."

      Mahen hanya menampilkan senyuman tipis dan membiarkan Alya menuangkan nasi dan lauk ke piringnya. Bahkan, ada yang kurang dan janggal pagi ini. Meja makan hanya ada ia dan sang Ibu. Biasanya, ia belum turun, Mahesa dan Ayahnya sudah terlebih dahulu berada di meja makan.

"Mah, Ayah sama Mahesa mana? Tumben belum turun?" tanyanya yang membuat Alya sedikit kebingungan.

"Ayah sama Mahesa ke rumah Nenek. Katanya ada perlu sebentar, besok juga pulang," jawab Alya sebisa mungkin menyembunyikan kegugupan.

Mahen sedikit mengernyitkan dahi. "Tumben? Kok, ngak ngajak aku? Emang Mahesa udah ijin ke sekolah? Apa bolos?" tanyanya bertubi-tubi.

"Udah, Mama yang ijinin Mahesa. Lagian buru-buru, Hen, ngak sempet ajak kamu. Kan, kamu sakit kemaren makanya cuma Mahesa yang Ayah ajak."

     Kepalanya hanya mengangguk sebagai bukti jika ia paham. Tapi, di sisi lain juga Mahen merasa jika Mahesa menghindarinya karena permasalahan waktu itu.

     Mahen mencoba sebisa mungkin membuang pikiran buruk itu, ia melanjutkan makannya sebelum berangkat ke sekolah—menjalani aktifitas rutinnya.

Jika Napas Ini Habis [END] ✔Where stories live. Discover now