Jika napas ini habis • 8

5.5K 427 22
                                    

Maaf kalau banyak typo

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Maaf kalau banyak typo.
Nanti aja revisinya kalau gua ngak mager :v

[...]

     Hari ini adalah hari yang tak di inginkan olehnya, dimana ia harus kembali lagi memakai seragam khas anak SMA dan berangkat tepat di pagi buta-sekedar tidak terlambat.

     Dan seperti yang orangtuanya katakan jika melapor kepada kepala sekolah atas kasus pengeroyokan (bullying) adalah tindakan yang tak main-main.

     Namun ada yang berbeda kali ini, ia ke sekolah hanya seorang diri dan jika biasanya ia ditemani oleh satu orang yang begitu mirip dengannya—kali ini di kecualikan.

     Ia memarkirkan motornya tepat di barisan paling ujung parkir sekolah, melepas pengaman kepala yang ia pakai selama berkendara-meletakkannya di badan motor. Di tatapnya wajah itu sekali lagi, luka yang di sebabkan oleh Kakak kelasnya kini sudah mulai membaik, meski harus tertupi dengan beberapa plester di sana.

    Tanpa lelaki itu di sisinya, ia terasa kesepian dan hampa. Dan bagaimana jika lelaki itu tak di sisinya nanti? Ah, tak baik jika harus memikirkan yang tidak-tidak—ia mengenyahkan pikiran buruk itu.

Selamanya mereka akan bersama

"Mahen?!"

     Untuk pertama kali dalam seumur hidup, suara itu membangunkan relung hatinya. Suara yang terserap dalam gendang telinganya sangat begitu asing dan aneh-itulah pemikiran yang ia dapatkan. Langkah kaki yang bergerak cepat, berlari mengitari luasnya lapangan—semakin lama semakin mendekatinya.

Dan tadi apa yang ia katakan?

     Tak khayal, ia membalikkan tubuh. Tak baik jika pagi-pagi buta seperti ini sudah mengacuhkan keberadaan seseorang—yah, walau orang itu orang asing. Sejenak ia menarik napas mencoba menatap siswa perempuan yang kini sudah berdiri tepat di hadapannya dengan napas yang tersenggal-sengal dengan posisi badan yang membungkuk. Ia masih diam, menatap postur gadis itu tanpa mengawali percakapan.

Siapa dia?

"Gua kira lo ngak mau ketemu gua lagi. Hos ...." ia masih diam tak sekalipun berkutip. Ia masih membungkam mulutnya—membiarkan gadis di depannya mengungkapkan semua isi dalam benaknya.

Tubuh gadis itu bergerak, hingga kini dua mata hitam pekat itu saling bertemu.

"Maafin Kakak gua, ya, Hen? Sebagai gantinya gua bakal lakuin apa aja yang loa mau ... asal lo maafin gua—atas nama Kakak gua."

    Tatapannya sangatlah tulus, dan bohong jika ia tak terkecoh atas parasnya yang rupawan. Meski pikirannya masih bingung dan tak tahu apa maksud dari ucapan gadis itu-ia masih bungkam dan menunggu kelanjutan kata yang gadis itu lontarkan.

Jika Napas Ini Habis [END] ✔Where stories live. Discover now