Jika napas ini habis • 40

2.1K 185 24
                                    

"Apakah Tuhan tahu jika kita masih membutuhkan dirinya untuk tetap tinggal

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

"Apakah Tuhan tahu jika kita masih membutuhkan dirinya untuk tetap tinggal."

—Mahesa Guinandra

⚠️ Baca part sebelumnya agar tidak lupa ⚠️

     Ini sudah memasuki hari ke tujuh Mahen terbaring koma, tepatnya sudah satu Minggu dan tak ada tanda-tanda jika lelaki itu akan membuka mata. Akan tetapi, mereka yakin jika Mahen akan kembali lalu menghabiskan waktu bersama mereka di setiap detiknya. Mereka yakin jika Tuhan akan mengembalikan lelaki itu ke dalam pelukan mereka.

     Bahkan dalam seminggu ini Mahesa tak pernah lelah untuk menjaga kembarannya atau sekedar bercerita bagaimana hari-hari yang ia alami tanpa Mahen di sekolah. Mahesa begitu setia menceritakan semuanya, walau ia tahu ia hanya berbicara seorang diri. Tak masalah, Mahen pasti mendengarkan semua ceritanya selama ini.

     "Gua berangkat sekolah dulu, Hen." begitulah kata Mahesa. Lelaki itu sudah berdiri lengkap dengan pakaian seragamnya.

     Kaki Mahesa bergerak, sedikit melangkah maju mendati kembarannya, lalu tangan kanannya lekas terulur dan mengusap lembut kepala Mahen.

     "Udah seminggu lo tidur, emang gak capek?" tukasnya.

     Dan semuanya tetap sama, tak ada pergerakan dari Mahen.

     "Gak kangen emang sama gua?" ungkapnya lagi yang diiringi dengan senyuman tipis.

     Dan Mahesa merasa jika hari-harinya begitu hampa tanpa kehadiran kembarannya. Karena sejak mereka kecil mereka selalu menghabiskan waktu bersama, sulit terpisahkan meski kadang harus di selingi dengan pertengkaran kecil. Tapi itulah yang membuat tali persaudaraan mereka lebih erat.

     "Gua berangkat ya, Hen." buru-buru Mahes menepuk pelan tangan Mahen. "Pokoknya lo harus bangun cepet."

     Sekali lagi Mahesa menyunggingkan senyumannya, lalu melangkahkan kakinya pergi setelah itu—meninggalkan Mahen yang masih terlelap di sana.

•••

     Di samping Jo, ada Dokter yang selama ini menangani Mahen. Dokter itu baru saja usai memeriksa keadaan Mahen, bahagianya kondisi Mahen selama ini terpantau cukup baik. Meski lelaki itu belum juga membuka mata—semua yakin Jika Tuhan pasti memiliki rencana yang baik di balik ini semua.

     "Sampai kapan Anak saya koma, Dok?" Jo angkat bicara, arah pandangnya tak lepas dari Mahen yang terbaring di dalam sana.

     Hidupnya tanpa Anak itu, terasa begitu hampa.

     "Kita percayakan semua pada Tuhan, Pak," jawab Dokter itu. Karena mau bagaimana juga ia sudah tak memiliki hak—memastikan kapan seseorang akan terbangun dari komanya. "Kita sudah berusaha semaksimal mungkin, sisanya—Tuhan-lah yang berkehendak."

Jika Napas Ini Habis [END] ✔Kde žijí příběhy. Začni objevovat