Jika napas ini habis • 16

3.8K 370 35
                                    

[

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


[...]

     Mahen tersadar saat ia merasa ingin ke kamar mandi. Hingga setelahnya, ia melihat sosok yang begitu mirip dengannya-tertidur pulas di atas pembaringan sofa. Mahen mendesah pelan, sembari mendorong tiang infusnya-kakinya beranjak menghampiri sosok itu.

     Dan tak lama, ia kembali mendesah, kali ini desahan yang sedikit terdengar kesal. Bagaimana tidak, lelaki yang menjabat sebagai kembaran nya sekaligus kakaknya itu terlihat begitu kelelahan.

     Mahen sadar jika selama ini ia terlalu banyak menyeret orang-orang di sekitarnya-ikut andil dalam kesakitannya.

     Mahen menaikkan selimut navy yang sedikit jatuh ke lantai itu-menutupi tubuh Mahesa, sedikit kembali tersenyum dan menatap suasana luar dari tirai jendela. Nyatanya, pagi sudah menjelang begitu cepat, entah mengapa secepat itu.

     Yang ia rasa jika kemarin ia merasa tidak fit dan mungkin berakhir tumbang. Setelahnya pun ia tak tahu apa-apa lagi.

     Mahen merobek kertas dari buku yang tergeletak di atas meja, menuliskan sesuatu di kertas putih itu sebelum beranjak pergi meninggalkan ruang inapnya.

••••••

     Mahen tak pernah mengira jika ia akan berakhir di rumah sakit kembali. Tempat yang sesungguhnya menjadi momok tersendiri bagi Mahen, melihat tempat itu membuatnya sedikit ketakutan-takut jika Tuhan tiba-tiba menyuruhnya kembali dan meninggalkan keluarga kecilnya.

     Ia belum ingin itu terjadi, masih banyak hal yang belum Mahen lakukan-terlalu banyak bahkan.

     Masih pukul 06.30 pagi, pantas saja lorong rumah sakit masih nampak sepi-tak banyak perawat, Dokter bahkan pasien yang berlalu lalang.

     Mahen hanya berjalan sendirian, ia terlalu bosan dengan hanya duduk dan berbaring di ranjang, ia ingin sedikit menyegarkan tubuh dan imunnya.

     Cocok sekali dengan orang penyakitan seperti dirinya. Dan terkadang pun Mahen menertawakan dirinya sendiri 'lelaki terlemah yang pernah ada di dunia'.

BRUUKK!

"Shhhhs, auw." jika dikatakan dengan jujur, rasanya sedikit sakit. Lorong rumah sakit tak banyak orang yang lewat, tapi masih saja ada orang yang menabraknya dan berakhir jatuh-menciun dinginnya lantai.

     Mahen kembali membuka mata setalah ia memejamkannya demi menetralkaan rasa sakit yang ada, menghela napas pelan. Ingin mengumpat tapi Mahen mencoba menahan.

Jika Napas Ini Habis [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang