Jika napas ini habis • 34

1.7K 176 17
                                    

"Kita tidak tahu kapan kematian akan datang menjemput

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

"Kita tidak tahu kapan kematian akan datang menjemput. Yang kita tahu, jika kematian itu pasti akan terjadi."

—Mahen Guinandra

⚠️ Baca part sebelumnya agar tidak lupa ⚠️

     Mahesa terbangun saat alarm duduk di samping nakas tempat tidurnya berbunyi tepat menunjukkan waktu 6.30 WIB. Ia lekas mendudukkan tubuhnya, mematikan alarm tersebut dengan kondisi badan yang sudah agak membaik—setidaknya tidak separah semalam.

     Kedua kakinya lekas turun dari kasur, menapak di atas lantai kamar lalu berjalan kecil ke arah jendela—menggeser tirai putih itu dan membuka jendela lebar-lebar. Hari masih terlalu pagi, matahari masih samar-samar menampakkan sinarnya. Tapi Mahesa harus bergegas mandi, meski begitu ia harus tetap berangkat sekolah.

     Berjalan ke arah kamar mandi, tapi langkah kakinya berhenti tepat di hadapan sebuah kalender yang menggantung di depan lemari. Menunjukkan tanggal 17 Februari 2022—tanggal itu terlingkar oleh sebuah spidol warna merah, sontak senyum Mahesa mengembang.

     "Ngak nyangka gua udah delapan belas tahun aja." Mahesa bergumam kecil. "Happy birthday to us."

     Ya, hari ini adalah hari ulang tahun si kembar. Hari yang penuh bahagia dimana dua Anak lelaki tampan itu lahir di dunia. Mahen dan Mahesa, sepasang saudara kembar yang Tuhan hadirkan di antara keluarga Guinandra.

     Senyum Mahesa masih mengembang, ia tak menyangka jika ini dirinya sudah tumbuh menjadi lelaki dewasa. Yang dimana selanjutnya akan menempuh dunia perkuliahan. Mahesa sudah tak sabar akan hari kelulusan SMA-nya nanti, menikmati masa-masa menjadi mahasiswa bersama Mahen.

     Bicara soal kembarannya, senyum Mahesa seketika luntur. Wajah yang tadi masih menyiratkan aura bahagia, kini tampak sendu.

     "Jangan pergi dari hidup gua, ya, Hen?" Mahesa beralih menatap sebuah foto dua Anak lelaki yang serupa—saling berangkulan dan menampilkan deretan gigi putih mereka yang masih tampak berantakan.

     Tangannya mengusap foto yang tertempel di samping kalender itu, "Gua gak akan bisa bayangin gimana tanpa lo di hidup gua nanti." Mahesa terus bergumam sendiri.

     "Selamat ulang tahun kembaran gua. Lo harus janji sama gua, lo harus sembuh. Jangan patah semangat, jangan nyerah dan jangan takut." bibir yang melengkung kebawah tadi sontak kembali terangkat, meski hanya sebuah senyuman tipis. "Karena gak akan ada satu orang pun yang biarin lo sendirian."

     Sejenak Mahesa terdiam, ia mengambil handuknya yang tergantung di damping lemari.

     "Tunggu kado dari gua, ya."

Jika Napas Ini Habis [END] ✔Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon