21

1.7K 437 44
                                    

"Jadi kayaknya nanti weekend aku mau ke Bandung lagi deh, Bu, Yah." Sedari tadi Nira bercerita dengan penuh semangat. Makan malam yang disajikan di hadapannya sejenak terlupakan karena Nira terlalu senang bercerita tentang rencana mertuanya untuk memasak masakan ala Sunda.

"Boleh aja. Nggak ngerepotin Indah sama Haris kan?"

"Nggak. Malah begitu aku nyampe di Jakarta, Mama Indah udah nanya aku mau makan apa aja."

Nathan memperhatikan saja percakapan di depannya ini. Nira dan Gio sedang ikut makan malam di kediaman keluarga Sudharma. Mereka mampir setelah pulang dari kantor masing-masing lalu makan malam dengan masakan buatan Bubu. Nathan yang sudah pulang sejak Maghrib ikut menjadi saksi kakaknya terjun ke dapur membantu Bubu. Kapan ya terakhir Nira membantu Bubu di dapur? Rasanya sudah lama sekali. Kadang Nathan kangen juga suasana sebelum Nira menikah.

"Kamu mau ikut?" Nira menoleh kepada Nathan tiba-tiba.

"Kemana?" Nathan menelan bola daging secara mendadak. Tenggorokannya mendadak sesak tapi setelah itu baik-baik saja.

"Ke Bandung. Ke rumah Mama Indah. Makan makanan Sunda gitu."

"Ke Bandung cuma buat makan?" Nathan mengernyit sangsi. Kalau Nira dan Gio sih bisa santai saja di rumah orang tuanya. Kalau Nathan ikut hanya untuk makan, bukannya agak aneh?

"Ya abis itu bisa ke mana kek," Nira mengangkat bahu.

"Ayah punya ide," Ayah yang sedari tadi diam juga seperti Nathan, tiba-tiba angkat suara. Bubu, Nira, Nathan, dan Gio semuanya menoleh ke arah kepala keluarga.

"Gimana kalau kita sewa aja di Dago. Nginep dari Sabtu sampai Minggu. Bubu sama Indah bisa masak di situ..."

Alis Bubu terangkat ketika tiba-tiba Ayah menyebut Bubu juga ikut masak. Tapi karena tidak keberatan, Bubu tidak berkomentar.

"...Nira, Gio, Nathan, Indira bisa makan ala Sunda dengan suasana Dago yang dingin. Pasti makin enak tuh kan? Abis itu ya jalan-jalan atau main aja di vilanya. Jadi nggak ke Bandung cuma buat makan."

"Wah ide bagus!" Mata Nira berbinar. Begitu juga Nathan. "Gimana, Gi?"

"Boleh. Nanti aku cari tempat yang bagus."

"Keren kan Ayah?" Ayah mengangkat bahunya dengan bangga.

"The best!" Nira sampai bangkit dari kursinya lalu mencium pipi Ayah. Ayah menatap putrinya dengan bangga lalu menatap perut Nira. "Kata dedenya juga Ayah kakek ter-the best!"

Ayah tertawa bangga. Tidak menyangka putrinya yang dulu ditemui dengan susah payah sekarang sedang mengandung.

"Kok kamu keliatannya biasa aja Nat?" Gio menunduk pada Nathan yang duduk di sebelahnya.

"Ah nggak apa-apa, Bang." Nathan tertawa pelan. Nathan hanya sedang memikirkan manuver apa yang bisa dia lancarkan untuk mendekati Indira di vila nanti.

***

Nathan sudah berencana akan berada di dekat Indira sesering mungkin, dengan cara yang sehalus mungkin. Entah itu misalnya membantu Indira mempersiapkan bahan masakan, membantu Indira menyiapkan ruang makan, entahlah apa pun pokoknya. Rencana itu hanya disimpannya di dalam hati dengan tekad yang kuat. Nathan tidak membagikannya kepada siapa pun, termasuk Nira dan Gio meskipun kakaknya itu sudah tahu bahwa Nathan pasti merencanakan sesuatu.

Keluarga Sudharma sampai di vila lebih dulu. Gio bertransaksi dengan pemilik vila untuk serah terima kunci dan peraturan menyewa. Setelah itu mereka memilih kamar masing-masing. Sebagai salah satu yang tidur sendirian, Nathan sukarela memilih kamar yang lebih kecil. Meskipun ukurannya kecil, tapi punya pemandangan langsung ke kolam renang. Nathan sudah berniat akan berenang besok pagi.

Seyakin Hati Memilih - END (GOOGLE PLAY)Where stories live. Discover now