5

2.6K 528 9
                                    


"Aku gak jadi ikut," kata Raleine begitu berada di dalam kamar orang tuanya.

Baik Cadenza maupun Javas langsung menghentikan gerakan mereka yang sedang merapikan barang-barang.

"Gak jadi ikut ke Bali?" tanya Cadenza bingung.

"Iya," Raleine mengangguk mantap. "Setelah kupikir lagi, aku udah pernah ke Bali dan sebentar lagi semester baru. Aku mau mulai nyicil skripsi."

"Tapi... kita gak mungkin cancel begitu saja. Masa kamu pulang sendiri?" Cadenza jadi merasa cemas membiarkan Raleine sendirian sementara mereka berangkat bersenang-senang tanpanya.

"Mama sama Ayah tetep berangkat aja. Gak apa-apa. I'll be fine alone at home. Tenang, aku bakal di rumah aja dan gak akan kemana-mana. Aku gak bakal ngundang cowok ke rumah. Selain karena aku baru putus, Ayah pasang CCTV yang bisa dipantau dari HP jadi ya... I'll be a good girl."

Javas berdeham karena memang itu yang tadi dia pikirkan.

"Tetep aja... Lagipula kenapa kamu batal tiba-tiba begini sih?" Cadenza masih tidak habis pikir. Seingatnya, Raleine termasuk yang bersemangat dengan perjalanan ini. Bahkan dia lebih bersemangat berangkat ke Bali daripada acara pernikahan kakaknya sendiri.

"Karena aku berpikir lebih dewasa, Ma. Nanti aku bilang sama Bang Gio dan Kak Nira ya. Nah, sekarang selamat tidur Mamaku dan Ayahku yang lebih mirip kakak-kakakku." Raleine memeluk orang tuanya lalu mencium kedua pipi mereka. Dia berjingkat-jingkat sembari bersiul saat keluar dari kamar orang tuanya.

Di lorong, Raleine berhenti. Ekspresi cerianya mendadak berubah dan wajahnya menjadi datar cenderung sendu. Raleine melangkah ke kamarnya sendiri. Kamar yang ditempatinya bersama...

"Kamu udah balik lagi, Ind?"

Indira yang sedang melipat hijabnya, menoleh. "Iya. Belum mulai baca malah udah ngantuk. Jadi sekarang mau tidur."

"Oh," Raleine menjatuhkan diri di tempat tidurnya. "By the way, aku gak jadi ikut ke Bali."

"Lho kenapa?" Indira berseru kaget. Kalau Raleine tidak ikut, berarti anak-anak yang ikut hanya Indira dan Nathan? Dengan percakapan mereka tadi, Indira belum yakin akan bisa bersikap seperti biasanya. Dia butuh seseorang untuk menetralkan suasana. Ya Raleine lah orangnya.

"College stuffs," jawab Raleine lalu menarik selimut. "Night, Ind."

Indira terdiam. Apa mungkin Raleine mendengar pembicaraan Nathan dan Indira tadi? Kalaupun iya, Raleine yang dikenalnya bukan tipe orang yang 'pundungan' seperti ini. Dia akan tetap maju demi melakukan apa yang dia mau. Ditambah lagi, Raleine cukup sering gonta-ganti pacar, dibandingkan dengan Bang Gio yang hanya punya dua pacar serius (dan satu sudah jadi istrinya. Walau Bang Gio sempat jadi playboy, tapi baik Indira maupun Raleine tidak pernah menganggap ada pacar Bang Gio di fase itu) atau Indira yang sekarang sedang menjalani hubungan keduanya. Jadi Indira sendiri tidak yakin 100% apakah Raleine masih menyukai Nathan?

"Night, Kak."

***

Nathan sedang berpose di salah satu pojok, dipotret oleh kakaknya, ketika Indira dan Raleine memasuki restoran untuk sarapan. Pasti untuk salah satu post di sosial medianya. Seperti sang ibu, Nathan juga mulai terkenal.

"Haloooo, pengantin baru!" Raleine mencubit pipi Gio begitu duduk di kursi yang sudah diperuntukkan bagi para anak. Keenam orang tua mereka duduk di meja terpisah.

"Ck," Gio mengibaskan tangan agar Raleine menjauh.

"Seru gak tadi malem?" Raleine bertanya dengan mata berbinar dan penuh selidik.

"Jangan nanya macem-macem," Gio menyentil kening Raleine. "Kedengeran Ayah bisa disidang kamu."

"Dih curigaan aja," Raleine merengut.

"Morning," sapa Nathan lalu duduk di sebelah Nira, tepat di sebelah Indira juga.

"Morning. Abis pemotretan ya?" Raleine menebak.

"Demi konten," Nira yang menjawab. "Aku heran dia kok bisa punya banyak fans sih?"

Nathan berdeham dan memperbaiki kerah kemejanya. "The fame is in our blood, Kak. Dari Kakek, Ayah, Bubu, sekarang aku."

"Hoek. Jangan sampe nafsu makan aku ilang ya," Nira pura-pura memegang lehernya.

Indira memperhatikan obrolan yang terjadi di meja makan. Tidak ada yang aneh. Nira dan Nathan yang sering bertengkar. Nathan yang akrab dengan Gio. Nathan yang aktif berdiskusi dengan Raleine. Juga Nathan yang selalu sopan terhadap Indira.

Berarti Indira juga harus bersikap seperti biasanya kan?

"Apa? Kenapa?"

Seruan kaget kakaknya adalah yang pertama didengar Indira ketika kembali ke meja setelah mengambil sarapan.

"Ssst. Abang mau bikin semua orang merhatiin kita?" Raleine menaruh jari di depan bibirnya dan menoleh ke kanan ke kiri.

"Tapi kenapaaaa? Kan kita mau jalan-jalan," Nira nimbrung. Wajahnya tampak gusar. Indira tahu pasti ini menyangkut batalnya rencana Raleine ke Bali. Ketika Indira melirik satu orang lainnya, Nathan hanya diam mendengarkan.

"Iya sih. Tapi kayaknya aku gak bisa. Maaf banget ya. Yang penting kan Kak Nira dan Bang Gio tetep honeymoon. Para orang tua juga."

"I think..." Nathan menyela. "Aku juga gak bisa berangkat."

"Apa? Kok pada cancel last minute gini? Masa kalian mau bikin honeymoon kami garing sih?" Nira menatap adiknya dengan tatapan kesal.

Nathan malah tertawa. "Lagian ngapain sih honeymoon rame-rame? Harusnya juga kalian berdua aja. Iya sih hotel kita beda. Tapi pake pesawat sama, pesawat Ayah pula. Gak bisa tuh Kakak sok-sok mesra, tidur di pundak Bang Gio di pesawat. Keliatan Ayah ntar. Pasti awkward."

Nathan tertawa dan Nira dengan suka hati melempar serbet pada adiknya.

"Aku ada urusan mendadak di BEM. Plus diminta jadi bintang tamu juga di MBTV. Jadi I think I can't go."

Indira masih makan dalam diam. Jadi Raleine dan Nathan tidak akan ikut. Artinya, kondisi awkward bisa dihindari.

"Have fun ya," bisik Nathan sehingga hanya Indira yang bisa mendengar.

Indira menatap ke samping untuk melihat wajah tampan Nathan tersenyum kepadanya. "Thanks," balas Indira pelan.

*** 

Seyakin Hati Memilih - END (GOOGLE PLAY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang