24

1.9K 465 72
                                    

Hari itu hari pertama Raleine menjadi siswa kelas 2 SMP. Dia sangat bersemangat sejak bangun pagi, sampai membuat seisi rumah meriah dengan nyanyiannya. Ya, Raleine senang karena hari ini akhirnya dia tidak lagi jadi anak paling kecil di sekolah. Dia akan jadi seorang kakak kelas, punya adik kelas yang lebih polos darinya.

Tidak, Raleine bukan mau mem-bully. Raleine dan Khloe hanya mau merasakan bagaimana rasanya jadi seorang kakak kelas yang dihormati, disapa oleh para adik-adik kelas itu. Hal yang sepanjang tahun kemarin mereka lakukan supaya kehidupan sekolah mereka aman dari kakak kelas yang iri karena kecantikan dan kekayaan mereka.

Anak-anak kelas 1 diantar oleh orang tua mereka di hari pertama sekolah. Dari balkon di depan kelasnya, Raleine dan Khloe sudah memandang ke arah gerbang sekolah, melihat anak-anak kelas 1 yang tiba dengan orang tua. Wajah-wajah penasaran, bersemangat, sekaligus khawatir. Para siswa baru dan orang tua berkumpul di lapangan sebelum kemudian diarahkan oleh anggota OSIS ke ruang kelas masing-masing. Pukul 7.30 nanti mereka akan upacara bersama-sama.

Kemudian dia pun muncul. Datang sendirian tanpa ditemani orang tuanya. Sebenarnya bukan hanya dia yang datang sendirian, ada beberapa orang lain juga. Tapi orang-orang mau tidak mau memandangnya karena beberapa alasan. Satu, bagi yang mengenalnya, langsung menyadari bahwa dia adalah anak kedua dari Zaid Sudharma, salah satu orang terkaya di Indonesia. Dua, dia langsung berteriak-teriak riang dan menyapa beberapa anak baru. Sibuk mengenalkan diri dan berkenalan dengan teman-temannya yang lain.

"Haloooo, saya Nathan. Kamu siapa? Kelas mana?"

Dia terus mengatakan itu sejak turun dari mobil hingga sampai di barisan kelas VII-B, kelasnya sendiri. Setelah sampai pun dia langsung mengajak berkenalan teman-teman sekelasnya.

"Berisik banget kayaknya anak itu," Khloe menunjuk Nathan, jelas tidak mengenali siapa si anak yang dibilangnya berisik itu.

Raleine di sebelahnya, terpaku dan terpukau melihat keceriaan yang ditunjukkan oleh anak itu. Karenanya, Raleine hanya bisa mengatakan 'iya' atas komentar Khloe tersebut. Mereka berdua masih berdiri di balkon, memperhatikan anak-anak baru yang mulai diminta berbaris rapi oleh para senior. Khloe masih memandang anak-anak yang lain, namun mata Raleine langsung hanya tertuju pada satu orang saja. Diam-diam bibirnya tersenyum melihat gerak-gerik seorang El Nathan Zidmi Sudharma.

Raleine memilih menyimpan sendiri perhatiannya terhadap Nathan. Rasanya lebih eksklusif saja. Bahkan Khloe sendiri tidak tahu bahwa diam-diam Raleine sering memperhatikan Nathan. Lama kelamaan Raleine tahu bahwa Nathan memang bukan anak biasa-biasa saja. Dia masuk ke salah satu kelas unggulan, dia langsung mengikuti beberapa ekstrakurikuler seperti Tae Kwon Do dan futsal, dia juga mulai mengincar masuk OSIS walaupun keanggotaan resmi bisa diikuti kalau mereka sudah semester 2. Namun yang membuat Raleine selalu terpukau adalah sifatnya sendiri.

Nathan tidak pernah absen di barisan shalat berjamaah setiap istirahat siang. Nathan tidak ragu untuk makan bakso di depan sekolah meskipun semua orang tahu dia bahkan bisa membeli gerobaknya sekalian. Nathan juga tidak perlu banyak berpikir untuk menata piring batagor supaya si abang bisa langsung menuangkan batagor ke piring, kemudian Nathan yang mengantarkan pesanan ke masing-masing pemesan, hanya karena antrian sudah mengular dan waktu istirahat semakin sempit. Nathan juga pernah terlihat berbasah-basahan dengan para anggota DKM di hari Jumat sore. Ternyata dia terlambat pulang untuk membantu anggota DKM mencuci karpet mesjid dan membersihkan seisi mesjid.

Semua cerita itu Raleine simpan sendiri. Kadang dia tulis di Notes di handphone, apa-apa saja yang dia temukan dalam diri Nathan. Raleine masih tidak menceritakan pada siapa pun bahwa dia mulai menumbuhkan rasa pada anak itu. Toh Nathan juga tidak kenal dia secara langsung. Raleine juga tidak berminat untuk mengajaknya berkenalan. Raleine hanya sibuk bicara tentang Nathan ketika orang-orang juga membicarakannya.

Seyakin Hati Memilih - END (GOOGLE PLAY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang