23

1.8K 443 38
                                    

Selepas telepon ditutup, Nathan tidak lantas menyimpan handphone di tempat tidur atau di nakasnya. Putra satu-satunya Zaid dan Risa ini duduk di tepi tempat tidurnya, menatap jendela dengan gorden yang Sudah tertutup. Langit sudah gelap pertanda memang sudah waktunya orang-orang untuk beristirahat. Namun Nathan tidak bisa begitu saja untuk berbaring di tempat tidur lalu memejamkan matanya.

Dia sudah pulang dari kampus sejak tadi, sampai di rumah, mandi, makan malam, mendapat kabar Raleine putus dari Indira, menelepon Raleine, menggosok gigi, bengong, lalu akhirnya bergabung dalam telepon dengan Raleine dan Indira.

Nathan masih tidak percaya bahwa Raleine dan Aska Sudah putus. Memang Nathan tidak pernah secara langsung melihat saat Raleine menghabiskan waktu dengan Aska. Tapi Nathan pernah bertemu dengan Aska dan yakin betapa Aska menyayangi Raleine. Aska juga beberapa kali menunjukkan kebersamaan mereka di media sosial.

Raleine sendiri juga terlihat nyaman saja dengan Aska. Dia tidak pernah terlihat bersedih lagi saat mulai berpacaran dengan Aska. Bagi Nathan, mungkin ini yang tepat bagi Raleine. Dia pernah bilang bahwa dia menyukai orang lain tapi Nathan pikir Raleine sudah melupakan laki-laki itu dan memilih berbahagia dengan Aska.

Lalu kenapa mereka malah putus?

Ada masalah apa?

Tadi saat Raleine bicara di telepon, dia memang terdengar biasa saja. Tapi apa memang iya? Apa Raleine Hanya berusaha terdengar tegar di depan mereka? Apa yang sebenarnya dipikirkan oleh Raleine? Apa Raleine bersedih? Apa yang bisa Nathan lakukan?

Mata Nathan melirik jam dinding. Masih pukul setengah sepuluh. Mungkin Indira belum tidur. Ya, Indira pasti tahu apa yang terbaik untuk Raleine. Mereka sudah seperti saudara kandung sebenarnya. Saling memahami dan mengerti meski sehari-hari terpisah jauh. Melihat sepengertian apa Raleine pada Indira saat Dipta meninggal, Nathan yakin bahwa Indira juga akan melakukan hal yang sama kepada Raleine.

"Iya, A?" Suara lembut Indira menanggapi Nathan dalam deringan kedua.

"Maaf, aku ganggu? Kamu udah tidur?"

"Belum. Aku baru selesai Isya. Ada apa, A?"

Kondisi Nathan lebih rileks, dia mengangkat kedua kakinya hingga duduk bersila di atas kasur.

"Gimana kondisi Raleine menurut kamu?"

"Kondisi... apa?" Indira malah balik bertanya.

"Raleine. Setelah putus dengan Aska?"

Di kamarnya, Indira memejamkan mata. Dia tahu bahwa Nathan Hanya bermaksud baik, mengkhawatirkan kondisi Raleine selepas putus dengan seorang laki-laki yang tampan, berpendidikan, dan berasal dari keluarga baik-baik. Yang Nathan tidak tahu, Raleine baik-baik saja. Raleine tidak benar-benar menyayangi Aska. Raleine Lebih menyukai orang lain. Orang yang Sekarang sedang mengkhawatirkan keadaannya.

"Like she said earlier, A. She's fine." Indira mengucapkannya dengan tenang. Berharap ini sudah cukup untuk meyakinkan Nathan. Pasalnya, penyebab Raleine memutuskan Aska pasti karena dia tidak bisa membalas perasaan Aska. Usahanya untuk mengalihkan perhatian dari Nathan tidak berhasil. Kalau Sekarang Nathan mengkhawatirkan Raleine secara berlebihan, entah apa yang akan dirasakan oleh Raleine. Dia pasti lebih pusing lagi.

"Are you sure? She sounds bitter. Lagipula sepenglihatan aku, dia dan Aska keliatannya cocok. Mereka saling perhatian. Aska juga sayang banget sama Raleine. Sebenernya mereka putus kenapa?"

Indira menggeleng. Dua detik setelah menggeleng, Indira baru sadar Bahwa dia bicara dengan Nathan di telepon sehingga Nathan tidak bisa melihat gerakannya. "Aku nggak tahu kenapa mereka putus, A. Ada beberapa dugaan tapi Aku nggak berani nanya kecuali Kak Raleine cerita sendiri. Yang aku tahu dan yakini cuma Kak Raleine memang baik-baik saja. Putusnya Kak Raleine dan Aska Sekarang nggak ada bedanya kok dengan dia putus dengan mantan-mantan pacarnya yang lain."

Seyakin Hati Memilih - END (GOOGLE PLAY)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz