1

10K 779 33
                                    

Kunjungan ke Bandung kali ini berbeda dari biasanya. Bagi Nathan sendiri, dia merasa agak bingung antara harus senang atau simpati terhadap keadaan kakaknya. Biasanya mereka akan datang ke ibu kota Jawa Barat ini dalam kondisi senang dan ceria, untuk liburan singkat, atau sekedar berbelanja. Perbedaan kali ini adalah kakaknya, Nira, tampak sangat galau sepanjang perjalanan.

Senyum yang sejak di Jakarta muncul di wajah Nathan, lama-kelamaan memudar ketika wajah kakaknya tidak sedikit pun berubah. Berbeda dengan ayahnya yang ikut bersama mereka. Beliau tampak tenang saja. Jadilah Nathan memilih tidak banyak bicara.

Jadi begini sebenarnya. El Nathan Zidmi Sudharma, Nathan adalah anak kedua dari pasangan pengusaha yang akhir-akhir ini termasuk salah satu orang terkaya di Indonesia dan seorang aktris yang sering memenangkan beberapa penghargaan. Pasangan Zaid Sudharma dan Padmiarisa Kinanti. Nathan punya seorang kakak yang sangat dia sayangi tapi jarang mereka tunjukkan, La Nira Zianti Sudharma, Nira. Malah orang bisa lebih sering melihat mereka bertengkar atau saling menjahili daripada bersikap akrab layaknya adik kakak.

Kakaknya yang sedang punya masalah. Pacar kakaknya, Giorgino Ernandah Wiradilaga Siregar alias Gio mendadak berangkat ke Bandung karena ibunya sakit. Ternyata dia pun sakit dan belum sempat menghubungi Nira. Ayah mereka berinisiatif untuk langsung meluncur ke Bandung saja. Supaya anak sulung Ayah tidak sedih berkelanjutan.

Apa yang membuat Nathan senang, di sisi lain adalah itu artinya dia bisa bertemu dengan adik dari pacar kakaknya. Perasaan yang selama ini dia simpan dan tidak ada satu pun yang tahu. Cukup hanya Nathan dan Allah SWT yang tahu bagaimana Nathan menyukai calon saudara iparnya itu.

Mereka sampai di rumah ibu Gio menjelang makan siang. Selepas Nira meluncur ke kamar Gio, ayahnya langsung asyik mengobrol dengan Javas. Keduanya langsung menikmati kopi yang dipesan Javas sebelum Zaid sekeluarga tiba. Apa yang harus dilakukan Nathan? Dia memutuskan untuk masuk.

Ya, dia di situ. Sedang menonton drama Korea.

"Halo, Indira," Nathan menyapa.

Indira mendongak. Dia merapikan hijabnya lalu mengangguk. "Aa Nathan ikut," tanya Indira lalu menggeser duduknya ke ujung sofa.

"Iya. Nyetirin Ayah sama Kakak. Nonton apa?" Nathan berinisiatif duduk di samping Indira dengan jarak aman, tidak terlalu dekat tapi tidak terlalu jauh.

"Biasa, drama Korea," Indira menunjuk TV yang sedang menampilkan oppa-oppa.

"Oh. Gak ke kampus?"

Indira mengambil remote dan menekan tombol pause. "Tadinya mau, ada acara himpunan. Tapi karena mama masuk rumah sakit, jadi aku ijin."

"Tapi katanya kan Tante Indah gak apa-apa?"

"Iya sih tapi tetep gak enak aja, A. Mending di rumah aja buat jaga-jaga. Kalau Mama pulang, aku bisa stand by buat bantu. Mana Bang Gio juga sakit." Indira tersenyum tipis.

"Om Javas nginep sini juga?"

Indira menggeleng. "Nggak. Ayah Javas akan di hotel. Ayah Javas tidur di sini kalau Mama Cadenza ikut. Sekarang di sini karena Mama dan Papa masih di rumah sakit."

"Oh," Nathan mengangguk. Keduanya lalu diam.

Pertanyaan yang Nathan ajukan lebih banyak seputar perkuliahan. Kadang berusaha memahami hobi-hobi Indira. Momen ini jarang sekali muncul sehingga Nathan perlu memanfaatkannya untuk memahami Indira seutuhnya. Bukan sekedar adik dari pacar kakaknya. Hanya satu topik yang berusaha Nathan hindari. Pacar Indira.

Menjelang sore hari, Tante Indah, ibu dari Gio dan Indira kembali pulang dari rumah sakit. Indira dengan cekatan menyambut ibunya dan menyiapkan kebutuhan ibunya mengenai obat dan tempat tidurnya. Menjelang malam, Indira dan Nira menyiapkan makan malam untuk orang-orang. Om Haris (ayah Indira) dan Zaid seperti hampir menangis karena putri-putrinya begitu cekatan dan perhatian.

Keluarga Sudharma pulang setelah makan malam usai. Sesungguhnya Nathan masih ingin berada di rumah ini. Mengobrol, bersantai. Tapi urusan mereka sudah selesai dan Nathan tidak punya alasan apa pun untuk tetap bertahan. Dia akan kembali ke Jakarta, menyetir mobil untuk kakak dan ayahnya.

"Bye, Ind. Sampai ketemu lagi," Nathan berpamitan pada Indira setelah kembali mengenakan sepatunya.

"Eh bentar A, aku lupa," Indira bergegas kembali ke dalam lalu keluar membawa kotak. "Dari fans A Nathan di kampusku."

Nathan melongo lalu tertawa. "I don't need it. Bagiin aja ke orang lain. Terserah."

Indira tampak bingung dengan apa yang harus dia lakukan dan akhirnya dia diam saja. Mereka pun berpisah. Gio ikut melepas Nira walaupun masih agak lemas. Indira melepas Nathan dengan wajah bingung menuju datar. Om Javas dan Om Haris melepas Zaid dengan santai.

Nira, Nathan, dan Zaid sedang dalam perjalanan kembali ke Jakarta saat ini. Nathan masih menyetir, Zaid masih di kursi penumpang sembari sesekali menghubungi belahan jiwanya, rekan kerjanya, atau bersenandung mengikuti lagu yang diputar, dan Nira di kursi belakang asyik berkirim pesan dengan sang pacar yang kondisinya sudah lebih baik.

Nathan memang menyetir, tapi dia juga terus memutar ulang beberapa kejadian di rumah Indah dan Haris tadi. Mengingat masa-masa yang dia habiskan berdua saja dengan Indira dan menyimpannya sampai pertemuan mereka lagi nanti.

"Heh, kesambet," Nira melempar permen ke pangkuan adiknya.

Mobil sedang berhenti di pom bensin karena Zaid perlu ke toilet dan bermaksud membeli sesuatu. Nira dan Nathan menunggu di mobil.

"Walaupun gak mungkin sih setan gangguin setan," Nira tertawa.

Nathan menyipit menatap kakaknya tapi tetap diam. Permen yang dilempar Nira, diambilnya lalu dia makan.

"Indira udah punya pacar lho," celetuk Nira.

Nathan tidak sengaja menelan permen yang masih utuh itu. Akibatnya dia tersedak dan batuk-batuk.

"Aduh maaf. Tebakan aku bener ya?" Nira mengulurkan air kepada adiknya sekaligus menepuk punggung Nathan. Antara khawatir Nathan tersedak dan berakibat fatal, tapi juga geli karena adiknya begitu mudah ditebak.

Untunglah Nathan baik-baik saja. Setelah meminum air dua botol, mengeluarkan beberapa tetes air mata, Nathan kembali normal.

"Kok bisa mikir gitu?" Nathan menyipit curiga.

"Oh it's so obvious," Nira mengibaskan tangannya.

Nathan yang biasanya petakilan, sekarang diam. "Indira itu kalem, cantik, pinter, care. Apalagi pas udah berhijab, Kak. Duh, adem hati ini liatnya." Dia memegang dadanya.

"Kamu beneran suka dia? Pacarnya anak Teknik Kelautan. Di ITB juga. Dua angkatan di atas."

"Ya aku anak Hukum UI. Kenapa emang?"

Nira tertawa lagi. "Good luck deh. Tapi lucu aja liat kamu naksir cewek."

"Biasanya liat aku ditaksir cewek kan?"

"Yee, bodo ah." Nira memalingkan wajah, melipat tangan, lalu mulai tidur. Daripada lanjut mendengarkan cerita narsis adiknya.

Kakaknya tahu. Apa sikap Nathan begitu kentara? Ah sudahlah. Lagipula Nira pasti bisa menjaga rahasia. Biarlah sekarang hanya Tuhan, Nathan, dan Nira yang tahu perasaan Nathan kepada Indira. Indira, adik dari pacar kakaknya.

***

Halooowww.

Seyakin Hati Memilih ini re-publish ya. Jadi kalau merasa pernah baca, wajar. Tapi merasa beda, wajar juga. Dipublikasikan ulang dari Bab 1 ya.

Selamat baca!

-Amy

Seyakin Hati Memilih - END (GOOGLE PLAY)Where stories live. Discover now