Chapter 37. Kabur

7.4K 560 96
                                    

Violetta mengunci diri di kamarnya sendiri. Ia tidak membiarkan Xander masuk kedalam bagaimanapun pria itu berteriak mengumpat marah agar ia mau membukakan pintu. Kaca jendela pun pecah akibat kemarahan Xander yang tidak membiarkannya masuk. Teralis besi pada jendela menyelamatkan Violetta sebab Xander tidak bisa menembusnya. 

Violetta mengelus lembut perutnya. Ada kehidupan kecil di dalam sana yang akan ia jaga. Ia sudah tidak peduli apabila Xander tidak mengakui bayi ini, ia akan tetap melahirkannya, membesarkannya walaupun sendirian sebab janin ini adalah hasil buah cinta mereka. 

Jam berdentang dua belas kali tanda tengah malam datang. Suasana rumah kembali sunyi setelah keributan besar tadi. Ia sudah mengobati lukanya dengan peralatan seadanya. Setidaknya, darah sudah berhenti mengalir walaupun masih ada rasa nyeri di wajahnya. Violetta memandang keluar jendela. Kemudian dengan berhati-hati ia membuka pintu kamarnya. 

Violetta menoleh kesekeliling, memastikan tidak ada orang diluar kamar. Sunyi, gelap, dan sepi. Xander ada di kamarnya sementara para bodyguardnya sudah kembali ke kediaman mereka yang berada di bangunan paling depan kompleks kediaman Xander. Violetta berjingkat hati-hati menuju bangunan yang terletak di belakang kompleks, melewati taman belakang yang luas. Ia sedang menuju kamar ketiga asisten rumah tangganya, Margareth, Annete, dan Gloria. 

Tok-tok! Perlahan Violetta mengetuk pintu kamar mereka. Ia sangat berhati-hati agar Xander tidak mengetahuinya. Cukup lama ia berdiri disana mengawasi sekitar hingga Gloria membukakan pintu untuknya. 

"Nona-!" Violetta langsung menutup mulut Gloria yang terkejut. Ia mendorong Gloria masuk ke dalam kamar lalu menguncinya. Di dalam, Margareth dan Annete kebingungan. 

"Nona, ada apa? Kenapa tidak menekan bel saja?" Margareth menatap Violetta khawatir. Ada sebuah bel di dalam kamar Violetta yang terhubung dengan kamar mereka. Jika Violetta menekannya, maka salah satu dari mereka akan datang menghampiri. 

"Aku berniat pergi dari sini," ujar Violetta. 

Margareth, Annete, dan Gloria terkejut bukan main. Ia tidak menyangka Violetta memiliki keinginan yang mempertaruhkan nyawanya seperti itu. 

"Nona, tolong urungkan niatmu itu, Nona. Kau bisa dalam bahaya!" Annete melarang. 

"Benar! Entah apa yang akan Tuan Xander lakukan jika kau pergi dari sini!" sambung Gloria. 

"Pergi dari sini sama saja dengan bunuh diri, Nona!" tambah Margareth. Mereka bertiga sepakat mencegah Violetta untuk pergi. Mereka tidak ingin Violetta dalam bahaya. Mereka ingat bagaimana nasib mantan asisten rumah tangga Xander terdahulu yang memutuskan untuk kabur dari sini. Kabarnya tidak pernah terdengar lagi hingga kini. 

Violetta mengerti kegelisahan ketiga asisten rumah tangganya. "Benar aku ingin pergi karena pertengkaran kami tadi. Aku mencintai Xander, kalian tahu itu, 'kan? Tapi apa gunanya aku tetap disini jika Xander tidak mempercayaiku dan janin di dalam perutku? Kalian harus membantuku pergi! Kalian pasti tahu jalan keluar tanpa diketahui oleh Xander maupun kedua bodyguardnya!" 

Margaret, Annete, dan Gloria saling pandang. "Nona, tetaplah disini," Annete mendekati Violetta. "Maafkan Tuan Xander, Nona. Dia hanya emosi. Besok pagi, dia akan kembali seperti Tuan Xander yang biasanya, seperti itulah dia," ia mencoba meyakinkan Violetta untuk tetap disini. 

"Aku tahu, besok pagi dia akan kembali seperti dirinya yang semula, seolah tidak terjadi apapun. Tapi kini aku mengandung sebuah nyawa, Annete. Jika ia menyakitiku maka aku bisa menerimanya, lalu bagaimana jika ia menyakiti anak yang tidak bersalah di perutku ini?" bantah Violetta. Matanya berkaca-kaca. Yang diucapkan olehnya sepenuhnya adalah benar. Selama ini Xander menyakiti dirinya dan ia selalu bisa bertahan menghadapinya. Tapi kini keadaan sudah berbeda. Ia tengah mengandung dan ia tidak bisa lagi menebak apa yang mungkin Xander lakukan suatu saat. Kecemburuan yang memenuhi relung hati Xander telah membutakan dirinya. Xander yang bahagia karena akan memiliki seorang keturunan, mendadak begitu brutal hanya karena tuduhan tanpa buktinya. 

ALEXANDERWhere stories live. Discover now