CHAPTER 24. KEBENARAN

19.4K 1.2K 17
                                    

Violetta berdiri di taman belakang sambil menatap hujan salju yang mulai reda. Ruangan terbuka seperti ini membuat suhu dingin bebas menyusup masuk ke dalam mansion. Cukup lama ia berbicara dengan Xander tentang apa yang ingin ia tahu. Semua cerita Xander, sama seperti yang ayahnya ceritakan, sama halnya dengan cerita Florencia dan Pamela. Apa yang Xander ceritakan hari ini, tidak ada kebohongan satupun. Tidak ada yang ia ragukan kebenarannya. Tapi diantara semua ceritanya, hanya hubungan Xander dengan Rebecca yang membuatnya ikut merasakan luka yang dialami Xander. Bohong jika Xander sudah melupakan kenangannya bersama Rebecca. Bagaimanapun, Rebecca pernah menjadi wanita pilihan Xander, wanita yang seharusnya menjadi ibu dari anak anak Xander. Ia teringat sepatu bayi yang ada di gudang. Ia pikir, Rebecca keguguran hingga sepatu itu belum bisa terpakai. Namun nyatanya, justru Rebecca yang sengaja menggugurkan kandungannya.

"Nona," sapaan San mengagetkan Violetta.

"Sam.."balasnya.

"Sedang memikirkan sesuatu? Kau melamun,"

Violetta tersenyum. "Aku tahu, Sam. Aku sudah tahu semua tentang Xander."

Sam balas tersenyum. "Lalu bagaimana perasaanmu setelah mengetahui tentangnya? Dia tidak suka jika kau kasihani,"

Violetta menggeleng. "Tidak. Aku tidak mengasihaninya. Aku bersikap sebagai mana seharusnya. Xander..dia begitu menderita dan kesepian. Itulah sebabnya dia bersikap seperti itu selama ini. Yah, mungkin sekarang yang bisa kulakukan adalah mencari tahu seperti apa perasaanku padanya sebenarnya."

"Jika..pada akhirnya perasaanmu tetap tidak untuknya, apa kau yakin dia mau melepasmu pergi?" Tanya Sam. Violetta menatap lurus ke arahnya. Ia kemudian menggeleng.

"Aku..tidak tahu." Violetta menunduk. Sam berdiri di samping Violetta. Ikut hening tanpa pembicaraan.

"Oh, Sam, bagaimana keadaan Natasha?" Tanya Violetta.

"Keadaannya cukup baik. Bahkan dia sering menyemangati teman temannnya di rumah sakit. Perawat yang memberitahuku,"

Violetta mengangguk paham. "Natasha gadis yang baik,"

Sam mengangguk setuju. "Surga tempatnya kelak," ujarnya.

"Sam, Natasha akan baik baik saja." Hibur Violetta. "Kau akan melihatnya tumbuh menjadi gadis yang cantik dan bersaing dengan kekasihnya untuk mendapatkan perhatiannya, menemaninya di altar saat hari pernikahannya, dan menggendong keponakanmu sendiri," lanjutnya sambil menatap ke langit, membayangkan masa indah itu akan terjadi.

Sam terkekeh. "Kuharap apa yang kau ucapkan menjadi kenyataan. Terima kasih, Nona. Aku menghargai itu," ia menatap Violetta dari samping.

"Sam." Sebuah suara yang mereka kenal menggema keras.

"Bos!" Sam kaget. Ia buru buru menjauh dari Violetta.

"Kalian berdua sedang apa?" Tanya Xander tajam. Tatapan tidak suka ia lontarkan pada mereka berdua.

" Kami hanya membicarakan Natasha. Kau sudah selesai mandi?" Jawab Violetta.

Mata Xander memicing. "Masuk ke kamar, Violetta!" Marahnya. Violetta tidak mengerti kenapa Xander terlihat begitu marah melihat mereka berdua. "Xander-"

"Masuk ke kamar!" Bentaknya.

Tidak ingin bertengkar, Violetta menurut. Ia meraih Xander jr yang berkeliaran di sekitarnya lalu membawanya masuk ke dalam kamar.

Tinggalah Xander yang menatap Sam tajam. Ia melangkah cepat mendekati Sam.

"Apa maksudmu?!" Bentaknya.

Sam diam tak menjawab.

"Aku melihatmu, Samuel. Aku melihat caramu menatap Violetta. Aku melihat keinginanmu meraih tangannya. Kau sedang bercanda denganku? Atau kau menantangku? Kau bermain main dengan keselamatan Natasha, hah?!" Bisiknya geram. Sam membeku. Lagi lagi Natasha menjadi ancamannya.

"Kau berusaha menggoda wanitaku?" Mata Xander seolah siap membunuh siapapun yang mendekati ratunya.

Sam menggeleng cepat. "Ti..tidak, Bos!"

Xander melangkah mundur. "Pahami posisimu, Sam." Ia lalu pergi dari hadapan Sam. Rasanya lutut Sam mendadak lemas. Xander tidak pernah semarah itu padanya.

*

"Kemana?" Tanya Violetta meyakinkan pendengarannya. "Makan malam?"

Xander mengangguk. "Malam ini. Aku sudah memesan tempat dan ini gaun untukmu pergi bersamaku," Xander meletakkan sebuah box besar di atas ranjang Violetta.

Violetta mendekati box itu lalu membukanya. Sebuah gaun berwarna perak dengan gemerlap payet tampak begitu cantik. Gaun sepanjang lutut mengizinkan Violetta memamerkan betisnya yang indah. Namun ada satu hal yang mengganggunya.

"Xander, kau mengejekku? Ini desain untuk wanita berdada besar! Jika aku memakai ini, akan terlihat seperti kain menutup papan!" Kesalnya.

"Aku menelpon butik tempat biasa membeli gaun untuk mantan mantanku. Aku lupa memberitahu mereka bahwa kau berbeda," jawab Xander enteng. "Tidak masalah. Kau tetap indah dalam balutan pakaian apapun. Bersiaplah. Pukul tujuh kita berangkat."

Violetta mencibir. Gaun itu cantik jika digunakan oleh wanita seperti Florencia. Tapi jika ia yang memakainya, "Ugh!" Kesal Violetta. "Kenapa baru sekarang aku iri dengan Florencia!" Gerutunya.

Pukul tujuh tepat, Xander sudah bersiap. Ia masuk ke dalam kamar Violetta tanpa mengetuk terlebih dahulu.

"Xander!" Pekik Violetta kaget. Ia belum selesai menggunakan gaunnya dan Xander masuk ke kamarnya begitu saja. "Tidak adakah privasi untukku?!" Kesalnya.

"Kenapa kau begitu kesal, huh? Apa karena gaun itu? Jika kau benar benar tidak menyukainya, aku akan membelikanmu yang baru." Tawar Xander. Ia menyiapkan ponselnya, siap menelpon butik langganannya untuk mengirimkan gaun yang baru.

"Ti..tidak! Aku menyukainya, Xander. Hanya saja..aku..belum selesai berpakaian.." wajah Violetta memerah.

"Oh," respon Xander yang begitu singkat membuat Violetta kembali kesal. "Aku tidak pernah lupa setiap jengkal tubuhmu. Jadi kau tidak perlu merasa malu, Violetta."

"Apa?!" Wajah Violetta merah padam. Ia menggeleng cepat mengusir ingatan saat ia bercinta dengan Xander beberapa bulan lalu. Sungguh kenangan yang buruk. Ia tidak bisa lupa kebrutalan Xander hingga membuat kakinya serasa mati rasa.

"Kemari, kubantu kau," Xander melambaikan tangannya. Violetta cemberut namun ia benar benar membutuhkan bantuan Xander menarik resleting gaunnya.

Tanpa diduga, tidak hanya membantu, Xander juga memakaikan sebuah kalung berlian berukuran besar ke leher Violetta.

"Tunggu Xander, ini apa?!"

"Aku belum pernah membelikanmu sesuatu sejak kau datang kesini," jawab Xander. "Lihat? Apapun yang kau kenakan, kau selalu tampak indah. That's why i like you, baby."

"Tidak, Xander. Ini berlebihan. Aku tidak membutuhkan ini." Tolak Violetta.

"Jika kau menolak ini, kau harus membayarku sepuluh ribu dollar."

"W..what?! Xander, ini berlebihan!" Violetta tetap tidak menerimanya.

Xander memutar tubuh Violetta. "Look, aku tidak pernah menganggap ini berlebihan jika ini untuk wanitaku," ujar Xander. Tangannya masih berada di pinggang Violetta. "Anything, aku akan memenuhi semua yang kau inginkan,"

Violetta menghela nafas. "Begini, Xander, jika ini semua rayuanmu agar aku tetap berada di sampingmu, aku tidak suka. Aku tidak seperti wanitamu dulu yang senang dengan hal hal seperti ini," Violetta lalu meraih pengait kalung di belakang lehernya. Ia melepasnya lalu meletakkannya di tangan Xander.

"Kau simpan ini, dan..." Violetta merogoh laci meja riasnya lalu mengambil sebuah kalung dengan liontin huruf V, sesuai dengan namanya. "Kau pakaikan ini di leherku," Violetta tersenyum simpul. Xander terdiam. Tapi ia menurut. Ia mengembalikan kalung mahal itu ke dalam kotaknya dan memasangkan kalung yang Violetta minta. "Annette menemukan ini di sela ranjangmu saat ia sedang mengganti spreinya. Kurasa, ini terlepas saat.." Violetta tidak melanjutkan kalimatnya. Lagi lagi ia harus mengingat masa kelam itu. Walaupun hubungannya dengan Xander mulai membaik, ia tetap tidak bisa melupakan malam itu. "Ah, sudahlah. Ayo kita berangkat," Violetta menggelengkan kepalanya  sembari menggandeng Xander, mereka keluar.

ALEXANDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang