CHAPTER 31. OLD FRIEND

19.5K 955 37
                                    

"Sayang," Pamela memandang suaminya sedih. Kedatangan Violetta ke rumah memicu pertengkaran diantara keduanya. Richard tidak ingin lagi mendengar apapun yang berkaitan dengan Xander.

"Apa kau ingat bagaimana dia mempermalukan kita, hah?! Dia memandang rendah kita!" Teriaknya. Saking kerasnya, kedua putrinya menangis ketakutan karena melihat ayah mereka yang begitu marahnya.

Pamela menenangkan kedua putrinya sembari mencoba berbicara pada suaminya, setidaknya agar ia lebih tenang.

"Lalu wanita itu, pelacur mana lagi yang ia kencani, hah?!" Cercanya.

"Sayang!" Pamela menegurnya. Ia tahu Violetta bukan pelacur. Dia berbeda dengan wanita-wanita yang terdengar dekat dengan Xander. Mau bagaimanapun mereka menutup telinga, Xander tetaplah pria tersohor yang dikenal oleh pebisnis seluruh negeri. Ditambah, Richard bekerja di sebuah perusahaan properti dimana Xander memiliki beberapa persen saham di dalamnya. "Violetta wanita baik-baik! Jangan bicara seperti itu!"

Richard melototi istrinya. "Kau membelanya?!"

Pamela menarik nafas dalam. "Sayang, bukan aku membelanya. Sudahlah, itu sudah berlalu. Dan jika aku boleh menasehatimu, kau dulu membullynya begitu parah. Dia pasti melakukan itu karena dendam pada kita. Tapi sayang, jika kita terus seperti ini, mau sampai kapan kita saling membalas? Yang berlalu biar saja. Xander, kurasa sudah lebih baik karena Violetta."

Richard mendengus marah. Tiba-tiba ia meraih jaket yang tergantung di dekat pintu lalu pergi. Pamela mengejarnya. "Sayang! Kau mau kemana?!"

Richard tidak menjawab. Ia masuk ke mobilnya dan melesat pergi. Pamela menghela nafas panjang. Sebenarnya, ingin ia sudahi pertengkaran suami dan temannya ini. Tapi rasanya, begitu sulit.

*

Ayah Violetta memandang putrinya heran. "Sendirian? Masuk, nak," sore itu, Violetta datang sendiri. "Mana Sam?" Tanyanya lagi karena tidak menemukan Sam.

Violetta tersenyum kecil enggan menjawab. Kejadian tadi siang membuatnya memilih untuk pergi sendiri ke apartemen ayahnya. Walaupun Sam sudah meminta maaf, tetap ada rasa syok yang masih membayanginya.

"Ayah, nanti malam akan ada pesta di rumah. Aku ingin ayah datang," pintanya.

Alis ayahnya berkerut. "Kau.." ia seolah tahu kemana arah pembicaraan putrinya. "Akan menikahi Xander?"

Violetta terdiam. Ia mengamati ekspresi ayahnya yang cukup terkejut dengan tebakannya sendiri.

"Apa ayah mengizinkan?" Tanya Violetta hati-hati.

Sang Ayah menarik nafas dalam. "Jika aku melarangmu, apa Xander akan menurutiku?" Ia justru balik bertanya. Tentu tidak. Xander sudah pernah melakukan yang lebih buruk dari ini kala Ayahnya melarang Xander menikahi putrinya ini. Dia, menculik Violetta, memperkosanya, dan mengurungnya. Apa yang bisa Xander lakukan lebih buruk lagi jika ia menentang?

Violetta diam. "Dia akan menjagaku, Yah."

Ayah mengangguk. "Tentu saja. Dia melakukan hal terlalu jauh hanya untuk mendapatkanmu." Jawabnya. "Tapi.." ayah memandang Violetta dalam. "Kau yakin dia tidak akan menyakitimu?" Violetta dengan yakin mengangguk.

"Dia jauh lebih baik sekarang, Ayah. Xander itu, hanya kesepian dan dia butuh teman. Aku..bersedia menemaninya."

"Kau juga mencintainya?"tanya Ayah.

ALEXANDERWhere stories live. Discover now