BAGIAN 7. KEMARAHAN

26.7K 1.2K 5
                                    

Jemari Xander mengetuk ketuk meja. Alisnya berkerut. Di hadapannya adalah salah satu mantan rekan bisnisnya, begitu Xander menyebutnya.

"James." Suara Xander membuat bulu kuduk James berdiri.

James berlutut ketakutan. Di belakangnya, berdiri Bobby dan August.

"Xan-"

"Ssst! Jangan bicara padaku." Potong Xander. "Aku yang akan berbicara denganmu,"

"Tapi Xan, Ugh!" James meringkuk kesakitan. Bobby menendang punggung James dengan kasar.

"Sudah kukatakan. Tutup saja mulutmu," ucap Xander.

Xander berdiri menarik nafas dalam. Ia lalu menghampiri buffetnya. Mengambil segelas wine berharga fantastis koleksinya.

"Kau tahu, aku jarang meminum wine. Aku memiliki gaya hidup yang cukup sehat. Tapi, ada kalanya aku membutuhkan satu tegukan wine seperti saat ini. Kenapa? Karena kau membuatku marah!!" Xander melempar gelasnya ke kepala James. Gelas pecah dengan bercak darah disitu. James berteriak kesakitan.

Xander menarik krah kemeja James, memaksa James yang kesakitan berdiri.

"Kau datang ke sini, membawa proposal kerjasama bisnis yang cemerlang dengan keuntungan jutaan dolar, bernegosiasi padaku, mengajakku bekerja sama. Bahkan kau sendiri yang menentukan pembagian keuntungan dari kerjasama kita. Kau enam puluh persen, dan aku, empat puluh persen. Sebagai pemberi modal yang lebih besar, tentunya itu tidak adil bagiku, James. Tapi aku menerimanya karena kau, rekan bisnisku kesayangan Ayah, sosok yang paling kuhormati dalam hidupku. Ayahku mengatakan, kau rekan yang jujur, James. Berdedikasi tinggi, berpikiran cemerlang, dan oportunis. Oh, benar saja. Kau oportunis hingga kau mengambil bagian dari keuntunganku untuk memperkaya dirimu. Kau pikir aku tidak tahu? Sepuluh persen dari bagianku kau ambil dan berdalih bahwa keuntungan menurun? Kau bercanda?! Kau bukan bekerjasama dengan anak ingusan yang tidak tahu bisnis!" Xander membanting tubuh James ke lantai.

"Itu hanya sepuluh persen Xander..aku baru sekali melakukannya..."James, dengan suara miris membela diri.

"Aku tidak peduli satu persen sepuluh persen lima puluh persen! Aku tidak peduli! Yang jadi masalah adalah kau menantangku dengan ketidak jujuranmu itu James! Bisnis tidak akan berjalan jika kau sendiri tidak jujur. Kau jauh lebih tua dan berpengalaman dariku dan harusnya kau tahu itu! Oh, atau karena kau pikir aku begitu mempercayaimu hingga dengan percaya dirinya kau menipuku, begitu?!" Murkanya.

James diam tidak menjawab. "Keluar dan jangan pernah muncul di hadapanku. Kalian berdua, urus dia," ucap Xander. Ia menghempaskan tubuhnya dengan kasar ke kursi kerjanya sementara August dan Bobby menyeret James keluar.

Berkali kali ia berteriak marah. Ia begitu kecewa ketika mengetahui James mencoba berbuat curang. Padahal, James adalah orang yang begitu dihormati oleh ayahnya. Bukan kali ini saja ia dicurangi. Beberapa rekan bisnisnya sering ia pergoki menyalahgunakan kepercayaan Xander dengan berbuat curang. Ya, untuk urusan bisnis, Xander tidak pernah main main. Ia membuang semua ketidak percayaannya pada koleganya agar bisnis berjalan lancar. Namun sayangnya, seringkali mengecewakan.

"Bos," Tak lama Rode masuk ke ruangan. "Bos memanggilku?"

Xander mengangguk. "Apa jadwalku setelah ini?"

Rode membuka buku catatannya. "Tidak ada Bos. Pukul tiga sore nanti ada kunjungan dari Tuan Robert."

Xander mengangguk. Robert adalah salah satu kolega bisnis dari perusahaannya. Dia memiliki sebuah perusahaan otomotif di Eropa."

"Kosongkan jadwalku hingga tiga sore." Tanpa memberitahu apa apa lagi seputar rencananya, Xander melesat pergi dari kantornya.

*

ALEXANDERWhere stories live. Discover now