CHAPTER 25. MAKE LOVE

35.4K 1.3K 21
                                    

Black lamborgini masuk ke sebuah restaurant mewah di pusat kota. Mobil mobil mewah berjejer di parkiran, bukti pelanggan tempat ini bukan sembarangan kalangan.

"Selamat malam, Tuan. Apa anda sudah melakukan reservasi?" Tanya salah satu pelayan menyambutnya.

"Alexander Ferdinand," jawabnya. Pelayan itu membuka daftar tamu dan menemukan Xander berada dalam daftar prioritas.

"Mari, Tuan, saya antar anda ke meja," pelayan itu membungkuk sopan. Xander dan Violetta mengekor.

Tidak jauh dari tempat mereka berada, sekumpulan pria dan wanita tengah asyik berbincang sambil menikmati makanan pembuka. Sepertinya mereka sedang merayakan suatu keberhasilan. Ada beberapa botol wine yang siap mereka minum setelah bersulang.

"Violetta?" Celetukkan William membuat Dom seketika menatapnya. Itu adalah rombongan Dom dan teman teman kerjanya. "Itu Violetta dengan seorang pria,"

Dom sontak memutar tubuhnya. Jantungnya berdegub kencang begitu melihat wanita yang tiba tiba saja hilang dari apartemennya. Naas bagi Dom, Xander memergokinya sebelum Violetta.

"Oh, Dominic." Celetukkan Xander tidak kalah mengagetkan Violetta. Ia langsung mempercepat langkahnya menyusul Xander. Ia berdiri tepat di balik punggung Xander. Kedua pandang mereka bertemu.

"Dom?" Violetta ternganga.

Xander melirik Violetta dengan sudut matanya. Ia lalu tersenyum miring. "Kau lihat," Xander menarik tubuh Violetta dan mendekatkannya ke tubuhnya. "Dia kembali padaku,"

Dom berdiri dengan tatapan tidak percaya. "Dia tidak kembali..seseorang membawanya paksa," bantah Dom. Setelah tahu Violetta menghilang, salah satu perawat gedung yang ia kenal bersaksi melihat Violetta dibawa oleh seorang pria dalam keadaan pingsan. "Itu bukan kemauannya,"

Dom menatap Violetta sedih. Ia tidak menyangka Violetta akan kembali jatuh ke tangan Xander. "Dia pria gila, Violetta. Dia tidak akan berhenti menyakitimu. Aku, hanya aku yang bisa menjagamu dengan baik."

"Begitu? Kalau begitu biar Violetta memilih. Aku atau kau," Xander menjauh dari Violetta. Suasana menegang. Seluruh pandangan tamu restaurant tertuju pada mereka. Bahkan, suara sendok garpu pun ikut menghilang. Mereka, menjadi pusat perhatian. "Jika dia memilihmu, maka dia kulepas. Tapi jika dia memilihku, jangan harap kau bisa melihat wajahnya lagi."

Violetta melirik Xander. Xander balas menatapnya datar. Kemudian tatapannya teralih ke Dom. Dom begitu berharap ia memilihnya. Ini kesempatan bagi Violetta untuk pergi dari Xander. Seperti yang ada, Xander bukan pria yang bermain main dengan  ucapannya. Dia pria yang bertanggungjawab dengan kalimat yang keluar dari mulutnya. Dia, bebas jika memilih Dom.

"Violetta.." Dom memanggilnya lirih, berusaha meyakinkan Violetta bahwa memilihnya adalah keputusan yang paling benar. "Kau tidak perlu menderita lagi,"

Violetta tidak kunjung memutuskan. Berkali kali ia menatap Xander. Xander tetap sama, menatapnya datar. Tidak ada intimidasi untuk memilihnya. Violetta menggelengkan kepalanya. Ia meraih tangan Xander. "Sampai jumpa lagi, Dom."

Dom mematung. Beku. Rahangnya mendadak kaku.

"Kau lihat? Dia tidak kembali dengan terpaksa." Xander tertawa menang. "Nikmati makananmu, Dominic,"

*

Dominic menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang. Seperti mimpi buruk saat mendengar Violetta memilih Xander.

"Tidak. Dia tidak akan pernah memilih si brengsek itu. Dia pasti ketakutan. Entah apa yang monster itu lakukan untuk mengikat Violetta di sisinya," racau Dom.

ALEXANDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang