CHAPTER 28. SAKIT

20K 1K 22
                                    

Tok! Tok! Tok! Tok!
Ketukan menggebu pintu kamar membangunkan Violetta.

"Xander," Violetta langsung mengguncang bahu Xander. Xander hanya bergerak sedikit lalu kembali lelap.

Ketukan itu belum berhenti. Semakin menggebu dan terasa penting. "Boss! Nona!" Suara Sam menyusul.

"Xander! Sesuatu terjadi! Cepat pakai bajumu lalu kita keluar," kata Violetta cepat. Lebih kuat ia mengguncang tubuh Xander agar ia bangun.

"Baby, what's happen?" Xander akhirnya membuka matanya. Matanya masih mengerjap mengumpulkan serpihan nyawa yang tersebar di alam mimpi.

"Pakai bajumu! Aku akan membuka pintu. Sam berteriak dari luar," Violetta segera turun dari ranjang dan membuka pintu sementara Xander malas menuruti Violetta. Ia justru ikut turun dari ranjang dan tetap bertelanjang dada menyusul Violetta.

"Sam? Ada apa?" Tanya Violetta bingung.

"Bos!" Pandangan Sam teralih ke arah Xander. "Bos besar..bos besar kritis dan ada di rumah sakit sekarang. Nona Selena-" belum selesai Sam melapor, Selena, adik tiri Xander muncul.

"Sudah tidurnya? Terlalu lelah bertempur beronde-ronde, huh?" Selena mencibir.

"Selena? Ada apa?" Xander bingung. Untuk pertama kalinya Selena menginjakkan kaki di rumahnya. Kehadiran Selena disini mengindikasi sesuatu yang buruk sedang terjadi.

Selena melipat tangannya di dada. Dengan malas ia berucap. "Jika bukan karena ayah, tidak sudi aku menginjakkan kaki disini."

"Ayah? Ada apa dengannya?" Tanya Xander cepat. Violetta merasakan ada kepanikan di diri Xander saat ini.

"Ayah di rumah sakit. Kondisinya memburuk dan ia ingin bertemu denganmu. Ini alamatnya." Selena memberinya selembar notes berisi alamat dan ruang dimana Tuan Ferdinand dirawat. "Oh, berhati-hati dengan Ibu dan Benjamin. Aku tidak menjamin mereka akan menyambutmu dengan baik. Kau..juga tidak perlu merasa besar kepala karena aku bersedia ke sini. Kulakukan hanya untuk Ayah." Selena mengakhiri pembicaraannya lalu meraih tasnya dan pergi.

Tanpa basa-basi, Xander bergegas untuk mandi dan bersiap.

"Xander..aku ikut.." pinta Violetta.

"Kau disini saja." Tolaknya dari dalam kamar mandi. Suara pancuran shower terdengar kencang.

"Tapi, Xander-"

"Kau di rumah saja," Xander tetap bersikeras. Violetta cemberut.

"Diijinkan atau tidak, aku akan tetap ikut!" Teriak Violetta.

Xander berdecak. "Kenapa kau bersikeras sekali, sih?"

"Terakhir kali aku bersamamu, aku melihat kau tidak diperlakukan dengan baik. Aku tidak ingin kau menghadapinya sendiri." Jawab Violetta.

Tidak ada sahutan apapun. Hanya suara air yang terdengar. Violetta menghela nafas. Ia lalu duduk di sofa yang ada di dalam kamarnya, menunggu Xander keluar dan mengijinkannya untuk ikut.

Clak.
Pintu kamar mandi pun terbuka. Xander dengan balutan handuk yang menutupi bagian bawah tubuhnya keluar. Violetta segera berdiri dengan penuh harapan.

Tiba tiba Xander berjalan cepat ke arahnya, meraih wajah Violetta lalu menciumnya.

"Mmp! Xander!" Kaget Violetta.

"That's why I love you, baby!" Xander menempelkan dahinya ke dahi Violetta.

Violetta tersenyum lebar. "Aku harus bersiap!" Katanya girang.

ALEXANDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang