Chapter 20 : Mean It

2.7K 460 117
                                    

[Song : Lauv & LANY - Mean It]

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

[Song : Lauv & LANY - Mean It]

***

Jiae menyimpan nomor ponsel Yoongi sejak insiden di bar malam itu berakhir. Meskipun tindakan Yoongi saat itu membuat Jiae merasa tak nyaman sekaligus marah, dia berpikir tetap perlu meminta maaf karena Yoongi telah mendapatkan perlakuan kasar dari Jimin. Jiae berpikir cukup panjang dan pada akhirnya mengirimi Yoongi pesan singkat berupa sapaan klise 'hai' pagi ini, bahkan untuk meneleponnya sebentar saja ia merasa tak memiliki nyali yang kuat manakala mengingat ciuman Yoongi malam itu.

Selama dalam perjalanan menuju kantor, Jiae bersikap sangat tenang sehingga membuat Jimin mencuri pandang sesekali⸺bertanya-tanya mengapa Jiae tak banyak bicara seperti biasanya. Merasa diperhatikan dalam waktu yang tak terbilang singkat, Jiae akhirnya menoleh lantas mendapati pria di sampingnya memalingkan wajah dengan cepat sekaligus merasa tertangkap basah. Dahinya seketika mengerut heran lalu menjentikkan lidah pada bibirnya yang terasa kering.

"Apakah Anda baik-baik saja, Sir? Barusan Anda memperhatikan Saya seolah ingin mengatakan sesuatu." Nada bicara wanita itu terdengar seperti tengah menggoda sehingga Jimin menoleh cepat.

"Kau begitu pendiam pagi ini. Biasanya cerewet," komentar pria itu.

"Saya harus bicara apa? Oh, apakah Anda sudah sarapan? Saya akan membawakan kopi dan kudapan ketika kita sampai di kantor. Atau Anda ingin delivery sarapan⸺makanan berat?" Jimin memandangi Jiae lekat dalam waktu cukup lama lalu berpikir keras, baru menyadari satu hal bahwa intensitas perbincangan di antara mereka memang menjadi lebih sedikit sejak kemarin.

"Kau pasti memikirkan kata-kataku kemarin malam ya?" tanya Jimin berusaha terlihat setenang mungkin. Kedua tangan Jiae langsung mengepal di atas pangkuan sehingga Jimin yang menangkap gerak-gerik itu segera menyadari kebenaran atas praduganya. Jimin mengulum bibirnya seraya memalingkan wajah ke sisi lain.

"Aku tidak apa-apa." Jiae bicara dengan lembut. "Kupikir seharusnya aku memang tidak berharap terlalu banyak padamu." Senyum Jiae terpatri pilu. Dia ingin terlihat baik-baik saja, walau hatinya mengalami remuk redam. Cinta bukanlah sesuatu yang bisa dipaksakan, bukan? Jiae berharap Jimin tidak sedang memaksakan dirinya untuk menerima ia. Mungkin luka yang menggores hati Jimin memang sebegitu besarnya sehingga butuh waktu lama bagi pria itu untuk bangkit. Seandainya Jiae tetap bertahan untuk merangkul pria itu, kemungkinan paling parahnya adalah ia yang akan berakhir terluka. Sementara menimbun luka lama yang baru saja sembuh dengan luka baru akan menjadi bumerang baginya.

"Aku tidak akan bergerak mundur, juga tidak akan bergerak maju. Aku menetap di tempatku, Park Jimin," kata Jiae seraya memandang lekat sisi wajah Jimin⸺lantas pria itu menoleh padanya hingga sepasang manik mereka bertemu di titik paling teduh. Jiae menyulam senyum lebar, melirik punggung tangan Jimin yang bertengger di atas pangkuan kemudian meraihnya serta merta meremas lembut. "Katakan padaku jika suatu saat kau ingin aku menyerah. Aku akan belajar melakukannya."

Trapped by LoveWhere stories live. Discover now