Chapter 8 : Sassy

4.8K 774 143
                                    

Dengan segenap kemampuannya yang tak seberapa, Jiae mencoba menghabiskan makan siang yang terasa hambar dan membuat mual

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dengan segenap kemampuannya yang tak seberapa, Jiae mencoba menghabiskan makan siang yang terasa hambar dan membuat mual. Menatap Jimin yang sedang duduk di sudut lain dari jarak teramat jauh sungguh membuat Jiae merasa miris. Bukan jarak yang membuat Jiae merasa kalah, melainkan sosok wanita yang kini sedang duduk bersama pria itu dan sibuk menyuapkan makan siang dengan raut wajah sangat bahagia lah yang semakin mematahkan hati Jiae.

Terkadang semesta itu memang tidak adil. Ketika Jiae begitu mengharapkan belahan jiwanya melirik, semesta justru malah membiarkan Jimin melirik wanita lain sehingga dirinya tak memiliki kesempatan walau sedikit. Jiae memandang lekat dari tempat duduknya dan lambat laun selera makannya mulai lenyap saat Jimin tanpa sengaja menatap ke arahnya, tersenyum (namun bukan untuknya) kemudian pria itu membiarkan satu sendok nasi dan daging yang disodorkan oleh Ryu Naomi masuk ke dalam mulut.

Jiae melipat bibir rapat-rapat sambil memendam dalam-dalam perasaan irinya. Kekecewaan jelas menggantung, menjelma jadi mendung di atas kepalanya. Sesaat Jiae mengeluarkan beberapa lembar tisu dari wadah yang terletak di atas meja kantin, lantas menyeka mulut dengan lembut lalu memperhatikan arloji. Ia merasa pencernaannya sedikit tidak bagus hari ini, mungkin karena itu pula dirinya jadi sering mengalami mual dan tidak nafsu makan. Ditambah lagi melihat Jimin dan Naomi berduaan semakin menambah pekat rasa sakitnya.

Tatkala Jimin menatap sekali lagi ke arah Jiae, wanita itu sudah lebih dulu beranjak dari kursinya dan meninggalkan kantin dengan langkah tenang. Jiae tidak ingin terlalu lama berada di tempat itu seolah-olah merasa sanggup membiarkan hatinya disakiti.

Jiae tidak memahami Jimin. Beberapa hari lalu, pria itu memohon padanya agar dibawa kemana pun asal tidak bisa ditemukan oleh Naomi. Akan tetapi hari ini pria itu terlihat berbeda, seakan-akan kehadiran Naomi membuatnya merasa sangat bahagia sehingga betah hanya berduaan dengan Naomi. Di sela langkahnya, Jiae sempat menyungging ujung bibir dengan sirat geli. Ia tidak mengerti jalan pikiran Jimin dan pria tersebut mulai terlihat seperti seorang pembual sekarang.

....

"Kenapa diam saja?" tanya Jimin selagi wanita di sampingnya fokus menyetir dan senantiasa menyorot jalanan. Jiae tak menoleh atau pun melirik. Sikapnya terlihat sangat rileks dan hal tersebut berhasil membuat Jimin merasa bingung untuk mengangkat topik obrolan.

"Saya tidak tahu harus membicarakan apa."

"Kau tidak memberiku saran seperti biasanya untuk menu makan malam," komentar Jimin sehingga Jiae nyaris ingin menyemburkan napas.

"Anda akan merasa bosan dengan menu-menu makan malam yang saya sarankan. Kemarin Anda baru saja mengatakannya pada saya."

Kali ini giliran Jimin yang mendengus jengkel karena mendengar cara bicara Jiae yang dinilai kelewat formal. "Bisakah kau bicara informal saja padaku selama kita di luar kantor?" Air muka Jimin tampak tak senang dan hal tersebut cukup kentara jika Jiae mau mengamatinya sebentar saja. Sayangnya wanita itu terlalu malas menoleh untuk memperhatikan Jimin. Sekarang yang ia inginkan hanyalah mengantarkan Jimin secepatnya sampai ke apartemen kemudian ia bisa pulang ke mansion-nya sendiri untuk beristirahat.

Trapped by LoveWhere stories live. Discover now