Chapter 5 : Dirty

7.1K 883 173
                                    

[Song : HRVY - Personal]

***

Ranjang yang ia tiduri terasa bagai tumpukan ranjau mengkhawatirkan acap kali tubuhnya bergerak gelisah. Bisakah Jiae tidur nyenyak untuk malam ini? Sebab besok ia harus kembali ke Seoul. Bisa gawat jika ia tidak bisa tidur hingga keesokan pagi lalu mendapati dirinya tidak sanggup menyetir sampai ke Seoul. Jiae butuh waktu paling tidak tiga jam untuk istirahat. Akan tetapi otaknya selalu berpikir keras menerka-nerka keadaan di seberang sana. Sudahkah Jihwan tidur? Atau jangan-jangan wanita itu masih sibuk memastikan setiap sudut rumah dalam kondisi aman (seolah-olah Jihwan tidak lagi percaya fungsi adanya pengawal di mansion mereka) hanya karena Jihwan terlalu takut seseorang mencurigakan akan berhasil memasuki wilayahnya.

Ranjang bergoyang tak henti saat tubuh Jiae berbalik ke kanan dan kiri, mencari posisi nyaman dalam keadaan mata menutup rapat; sebenarnya sedang memaksakan diri untuk tidur. Sesaat kemudian napasnya berembus panjang dan berakhir menyingkap kelopak mata lagi sambil memandang kosong ke arah jam yang tertanam di dinding, sejajar dengan posisi ranjang, tepatnya di pusat ruangan. Sungguh menyebalkan rasanya saat mengkhawatirkan seseorang yang jelas-jelas sangat ia benci. Namun Jiae tidak dapat memilih kepada siapa ia akan merasa khawatir. Entah karena sedari kecil Jihwan sudah sangat dekat dengannya sehingga ia merasa telah terikat atau mungkin hanya karena rasa kasihan saja, Jiae masih belum tahu penyebab datangnya rasa gelisah itu tiap kali otaknya memikirkan Jihwan.

Mungkin segelas susu bisa menenangkannya. Jadi Jiae beranjak dari atas ranjang dan segera melangkah menuju pintu kamar. Setelah keluar dari ruangan yang terasa pengap karena ketiadaan AC di sana, Jiae segera meniti satu-persatu anak tangga untuk menuju dapur. Matanya terasa berat, hanya saja rasa khawatir yang melingkupi batin seolah enggan membiarkan ia terlelap nyaman.

Setelah sampai di dapur, Jiae segera mencari letak susu kaleng yang ia beli siang tadi di dalam kulkas. Belum sempat wanita itu memanaskan air, tiba-tiba ponsel di dalam saku piamanya menciptakan suara dering panggilan yang sedikit mengejutkan.

Secara sigap, Jiae langsung merogoh saku celana untuk mengambil benda pipih itu dan lekas mengeluarkannya. Pendar redup pada layar ponsel memancarkan nama Jihwan di sana, kontan membuat Jiae mengulum bibir sejenak sambil menimbang-nimbang akan menerima panggilan atau tidak. Rasanya Jiae ingin sekali menggulir ikon merah untuk menolak. Tapi perasaannya sungguh tidak nyaman saat ini, lantas ibu jarinya berakhir menggeser ikon hijau sehingga panggilan pun terhubung.

"Apa maumu? Ini sudah malam. Bisakah tidak mengganggu sehari saja?" tanya Jiae lekas bicara lebih dulu, berpura-pura muak seakan ia tidak berniat menerima panggilan.

"Aku hanya⸺tidak bisa tidur," kata wanita di seberang sana dengan suara yang sarat akan lelah. Jiae mendengus setelah mendengar jawaban tersebut. Ternyata hanya itu alasannya. Padahal Jiae sempat berpikir yang tidak-tidak. "Kau baik-baik saja, Ji?" tanya Jihwan lembut saat suara Jiae tak terdengar lagi.

"Ya, baik-baik saja sebelum kau menelepon. Aku sedang tertidur nyenyak dan kau mengganggu," sahut Jiae membual, setengah mencibir.

"Maaf," bisik Jihwan terdengar merasa bersalah. Jiae diam selama beberapa saat, mengerti bahwa Jihwan sepertinya masih ingin mengatakan sesuatu. Wanita di seberang sana sempat mengudarakan desahan berat sehingga ruang pendengaran Jiae menangkap suara tersebut dengan baik. "Rumah kita dimasuki seseorang setengah jam lalu. Aku sudah menelepon polisi. Tuas pintu dapur dirusak tapi polisi tidak berhasil menangkap pelakunya," ujar Jihwan gelisah.

Mendadak Jiae jadi merasa khawatir lagi dan memutuskan bertanya. "Apa semuanya baik-baik saja?"

"Mm, semuanya oke."

Trapped by LoveWhere stories live. Discover now