Chapter 21 : Naked

3.6K 428 152
                                    

🎶 James Arthur - Naked

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🎶 James Arthur - Naked

***

Jiae memandangi wajah Jimin selama beberapa menit sebelum akhirnya beringsut dari atas ranjang dan hendak menyingkir dari sana, membiarkan Jimin tidur dengan nyaman tanpa gangguan darinya. Sebelum sempat mencapai sofa yang berjarak cukup jauh dari ranjang, Jiae tiba-tiba saja merasakan pergelangan tangannya dicengkeram sehingga wanita itu menoleh cepat. Menemukan raut tak berdaya dari sang empu, akhirnya Jiae memutuskan duduk kembali di tepi ranjang.

"Jangan pergi," mohon Jimin dengan suaranya yang sedikit parau. Jiae mematri senyum kecil kemudian menangkupkan tangan kanannya di atas punggung tangan Jimin yang kini masih mencengkeram tangan kirinya.

"Aku tidak akan pergi ke manapun. Kau bisa tidur lagi sekarang."

Sejenak pria itu memejamkan matanya tanpa melepaskan cengkeraman lalu beringsut hati-hati untuk menempati sisi lain sehingga ranjang itu menyisakan tempat yang luas. "Tidurlah di sini. Kau juga lelah."

"Lihatlah⸺siapa penggodanya di sini? Bagaimana mungkin seorang bos dan sekretaris bisa sering tidur di atas ranjang yang sama, hm?"

Senyum Jimin terpatri kecil diiringi mengatupnya kelopak mata selama beberapa sekon sebelum akhirnya menatap Jiae lagi. "Aku tidak sedang menggodamu. Ini permohonan. Aku mungkin bisa segera sembuh jika Peri-ku tetap di sini." Jimin berdalih sebisa mungkin sehingga Jiae menyungging ujung bibirnya dengan tinggi.

"Dasar Tuan Pembual." Dalam hatinya Jiae merasa bangga setengah mati. Tak bisa membohongi diri sendiri bahwa kebahagiaannya lekas melimpah ruah ketika tahu Jimin membutuhkannya. Tatapan keduanya bertemu di satu titik dalam waktu lama, begitu teduh dan penuh dengan keingintahuan akan isi hati masing-masing, kemudian Jiae merasakan tangan kirinya diraih dengan lembut disertai remasan pelan pada jari-jemari.

"Aku bersyukur karena kau ada di sini. Kau membuatku merasa bahwa aku tidak tengah sendirian."

Bibir sang lawan seketika menampilkan kurva dalam dan selanjutnya balas meremas tangannya disertai tatapan yang berpadu dengan dukungan. Jiae mengharapkan pria yang ia cintai lekas pulih dan tidak hanya tergolek lemah di atas ranjang seperti ini, lalu mereka bisa bicara lebih tenang juga nyaman. "Aku senang bisa menemanimu pada saat situasinya sedang buruk sekalipun."

Senyum Jimin terulas tipis disertai pejaman mata. "Manis sekali, Nona Shin. Aku tahu kau bisa bicara seperti itu walaupun terkadang sikapmu sedikit galak." Jiae menatap lama saat Jimin mencoba menghela napas seraya mencari posisi nyaman dan memiringkan tubuh menghadap padanya. Perlahan tangan kanan Jiae terulur hingga berhasil menyentuh kening Jimin lantas menyingkirkan helai rambut yang menyelimuti dahi pria itu menggunakan ujung jari-jemarinya. Tangan Jimin masih menggenggam pergelangan tangan kirinya dengan cukup erat. "Tetap di sisiku, Shin Jiae," pinta Jimin lewat suara lirih, masih dengan mata yang mengatup rapat. Jiae kemudian tersenyum kecil sambil membelaikan jemarinya pada puncak kepala Jimin, berusaha menenangkan pria itu.

Trapped by LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang