Chapter 14 : Mistake

3.7K 637 260
                                    

Penasaran nih, kamu vote keberapa malam ini? ☺
Bacanya pelan-pelan, jangan emosi okay!

Penasaran nih, kamu vote keberapa malam ini? ☺Bacanya pelan-pelan, jangan emosi okay!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Song : Anne Marie & James Arthur - Rewrite The Stars]

***


Rencana makan malam itu gagal dan membuat Jiae merasa kecewa. Jiae menghela napasnya pasrah ketika ia berpapasan dengan sosok Jimin yang tengah digandeng oleh Naomi dan satu ujung bibirnya tertarik tinggi ketika Jimin berjalan melewatinya sambil menoleh sesaat. Jiae tak menengok sedikitpun hanya untuk melihat reaksi di wajah pria itu. Hatinya remuk redam seketika begitu tahu rencana makan malam itu dikacaukan oleh wanita lain sementara kini Naomi tengah menyungging ujung bibirnya karena merasa menang.

Bos Jimin : Maaf, Ji. Soal rencana makan malam⸺bagaimana jika kita lakukan besok saja? Aku harus menemui ayah Naomi.

Ya, bagus sekali. Alasan itu terlalu terang-terangan dan membuat Jiae merasakan kemarahannya tergugah sangat cepat. Jiae mengepalkan tangan sejenak sebelum akhirnya memutuskan untuk pergi dari pelataran parkir, mendekat pada mobilnya dan sempat melihat Jimin memasuki mobil⸺langsung menuju bagian kemudi tanpa membukakan pintu untuk Naomi. Sirat wajah Jimin terlihat dingin dan langsung membuat Jiae mengerutkan kening. Mengapa pria itu terlihat kesal dan terlihat enggan bersikap manis pada Naomi?

Sekretaris Jiae : Santai saja, Bos. Masih ada hari esok.

Tidak. Maksudku, tolong pikirkan lagi. Aku sudah menanggapinya dengan seserius itu, tapi kau seakan-akan menganggapku sebagai bahan candaan? Jiae membatin ketika pesan tersebut dikirimkan beberapa jam lalu sebelum waktu pulang. Dia tidak percaya Jimin menggagalkan rencana makan malam itu dengan mudahnya seolah ia tidak berarti apa-apa. Jiae mengamati kepergian mobil itu dan sejenak menyandarkan punggung pada badan mobilnya sambil menyilang lengan di depan dada.

Jiae tak perlu berharap terlalu tinggi, sebab dia tidak tahu kapan akan dikecewakan oleh harapannya sendiri. Sejenak Jiae melihat arloji yang melingkari pergelangan tangannya. Sudah hampir setengah enam sore dan rasanya pasti akan membosankan jika ia pulang terburu-buru ke rumah. Tak ada hiburan di sana. Jiae memutuskan masuk ke mobilnya dan langsung menyalakan mesin, menginjak pedal gas untuk mulai membelah jalanan. Ada tempat tujuan yang bagus di dalam bayangannya dan mungkin tempat itu akan melenyapkan rasa kecewanya pada Jimin.

....

Kilatan cahaya lampu disko berkali-kali melintas di pandangan Jiae. Musik terus berdentum di tengah keramaian dan Jiae berjuang melewati orang-orang yang asyik menari, membelah jalanan tanpa berkata apa pun. Dia ingin cepat-cepat sampai di bagian bar untuk memesan minuman, sempat beberapa kali merasakan tangan-tangan nakal mengelus bokongnya dari balik rok sepan hitam yang ia kenakan. Sentuhan itu membuat Jiae mendelik, tak tahan membiarkan mulutnya tetap bungkam.

"Singkirkan tangan kotormu jauh-jauh," katanya dingin di tengah kebisingan itu dan si pria usil barusan hanya menaikkan sepasang alisnya seolah tak merasa bersalah. Jiae melupakannya dan kembali melanjutkan langkah. Paling tidak ia sudah mengingatkan pria itu agar tak bertindak kurangajar padanya. Jiae muak pada pria yang tidak tahu sopan santun dan kalau ia sedang tidak dalam mode sabar, mungkin tadi ia sudah memukulkan ujung sepatunya yang runcing ke kepala pria itu. Sepatunya pasti akan dengan mudah melubangi kepala orang-orang tak berotak seperti oknum barusan.

Trapped by LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang