Chapter 1 : Cunning

8.3K 1.1K 205
                                    

[Song : Melanie Martinez - Drama Club]

***

Sudah hampir seminggu rasanya Jiae kehilangan rasa percaya diri. Sejak berhasil melewati satu hari yang berujung buruk dan kacau sekali, Jiae jadi tidak memiliki daya untuk melakukan apa pun. Dia mencoba mengambil waktu untuk menyendiri, melakukan sedikit refreshing seperti yang dikatakan oleh Jihwan, tapi solusi itu tak membuahkan hasil sama sekali. Yang ada, Jiae malah semakin terpuruk sehingga kondisi kesehatannya ikut terserang pula.

Setelah hampir setahun berlalu sejak kegagalan pernikahannya, Jiae berusaha bangkit kembali untuk membangun komitmen bersama seseorang. Namun sekali lagi, Jiae mendapati luka yang tak jauh berbeda dari sebelumnya. Ia kembali dikhianati oleh seorang pria dan hal itulah yang membuatnya merasa putus asa.

Wah⸺Tuhan bukannya sedang menghukum atau bermain-main dengan ia, bukan? Memang kesalahan macam apa yang telah ia perbuat di masa lalu sehingga ia pantas mendapatkan hal-hal menyakitkan semacam ini? Apa dia kurang cantik? Kurang baik? Oh God! Jiae tidak mengerti jalan pikiran manusia. Dia sudah mencoba segala upaya untuk menjadi lebih baik, tapi apa yang ia dapatkan dari seorang pria hanyalah rasa 'sakit hati' sepanjang waktu.

Jiae memegangi keningnya frustrasi sebelum berakhir memutuskan untuk meraih sekotak rokok sekaligus pemantik api di dekatnya, mengeluarkan sebatang gulungan berisi tembakau kering yang telah diolah menjadi sigaret dan lekas menyulut pada bagian ujungnya. Ini baru rokok pertama yang ia isap hari ini. Sempat mengalami batuk-batuk tiga hari lalu dan menghentikan kebiasaan merokoknya, kali ini ia mengulang kembali demi meredakan stres yang menjarah seluruh isi pikirannya.

Tak lama kemudian, Jiae mendengar suara ketukan pelan pada pintu kamar dan disusul suara seorang wanita. "Nona, saya sudah menyiapkan makan malam, Nona Jihwan juga sudah menunggu Anda di ruang makan." Jiae menatap kosong ke arah daun kayu tersebut sambil mendengus. Kenapa Jihwan masih saja melakukan hal-hal tolol untuk membujuknya? Jiae tidak menyukai itu. "Nona⸺"

"Pergilah. Aku akan makan ketika aku ingin. Kau tidak perlu mengingatkanku seolah aku ini anak kecil. Katakan pada Jihwan, dia tidak perlu bersikap sok khawatir padaku." Jiae menyesap rokoknya lagi seraya menyandarkan pundak pada tepi ranjang, mendongak tinggi dan mengembuskan asap rokok dari mulutnya lalu satu senyuman miris ia ukir sambil meluapkan tawa masam.

"Apa kau tidak akan keluar dari sana?!" tiba-tiba teriakan keras di luar sana membuat Jiae terkejut sehingga wanita itu menyingkirkan rokoknya, menyorot tajam ke arah pintu, membayangkan presensi Jihwan serta mimik wajah marahnya yang pasti terlihat sangat menyebalkan. Suara gebrakan terdengar beberapa kali.

"Shin Jihwan sialan!" maki Jiae kesal. "Pergilah!"

"Beraninya kau! Cepat keluar! Kenapa kau terus menguras emosiku. Tidak tahukah kau bahwa aku sangat khawatir padamu? Aku serius. Sekarang aku marah sekali dan berharap bisa memukul kepalamu."

"Pukul saja kalau berani!"

"Jiae!" Jihwan menggebrak pintu satu kali lagi, entah dengan tangan atau kaki. Peduli setan. Jiae memutuskan untuk tetap duduk, membiarkan Jihwan memaki sepuas hati di luar sana. "Ibu akan sangat sedih jika dia melihatmu seperti ini," kata Jihwan dengan nada bicaranya yang berubah sendu. Jiae menjatuhkan puntung rokoknya ke lantai, kemudian menyembunyikan wajah di antara kedua lutut yang saling menekuk seraya menutup kedua telinga.

"Ibu sudah tidak ada. Lagi pula ibu lebih menyayangimu. Dia bahkan tidak pernah peduli padaku semasa ia hidup," gumam Jiae parau. "Semua orang menyayangimu, tapi tidak denganku. Hanya ayah yang menyayangiku. Hanya ayah yang peduli padaku, tapi aku tidak tahu di mana keberadaannya sekarang."

Trapped by LoveDove le storie prendono vita. Scoprilo ora