NS_34

20K 1.8K 390
                                    

A fanfiction

.

Nightsade 34

.

Na_Ren

.

Dont expect too much
Cerita untuk kamu yang sudah dewasa.
.
.
JANGAN BAWA CERITA INI KE DUNIA RL KALIAN⚠️⚠️⚠️
.
.
⚠️Nama pemain sepenuhnya hanya meminjam guna keperluan Cerita. tidak bermaksud untuk mencoreng atau menyalahgunakan.⚠️
.
.
⚠️Tolong jangan ss atau mengabadikan cerita ini dalam bentuk apapun⚠️
.
.
.
BIJAK DALAM MEMBACA.
.
.
Read it, enjoy, jan lup kasih bintang, comen juga >_<
.
.

Jaemin terlihat duduk di halte pagi ini, matanya terlihat bengkak, ya ini karna Jaemin tidak bisa tidur semalam, semalaman penuh Jaemin memikirkan perlakuan aneh dari Jeno kemarin, Jaemin tidak mengerti kenapa Jeno tiba-tiba berbuat baik mengajaknya keluar mengunjungi tempat-tempat bersejarah, kemarin untuk yang pertama kalinya Jaemin bisa melihat Jeno berbicara panjang lebar.

Senyumnya merekah lebar, saking riangnya, Jeno terlihat seperti sedang bercakap dengan orang yang sudah lama tidak ia temui, seperti seorang teman lama yang sudah lama sekali tidak bertemu, sisi lain Jeno yang baru ia lihat kemarin sedikit menarik dimata Jaemin.

Sudah 10 menit Jaemin menunggu bus berikutnya datang, meski pada kenyataanya Jaemin tidak ingin pergi, tempat itu benar-benar seperti neraka bagi Jaemin, muak. Lelah, bahkan Jaemin sudah dititik jenuh.

Orang-orang selalu bilang kalau masa SMA adalah masa paling indah dari seluruh jenjang pendidikan, banyak hal baru yang akan di dapat semasa SMA, karna di SMA adalah saat angka 17 resmi melekat, angka legal untuk melakukan hal yang disukai.

Setelah mendapat angka 17, apapun bisa dilakukan termasuk mengunjungi tempat asik-asik, bisa mendapat sim, bisa merokok, bisa mabuk, yah bukankah itu menyenangkan.

Tapi tidak untuk Jaemin tentu saja, dia kehilangan masa depanya di SMA, dia menjadi korban bully yang tidak tau harus melapor pada siapa, rasanya Jaemin ingin menyudahi semuanya, dia sudah tak sanggup merasakan penderitaan ini.

Tapi jika dia pergi, bagaimana dengan mama.

Jaemin mengeram kesal, merutuki ke lemahanya, merutuki ketidak berdayaanya melawan orang-orang kejam itu, perasaanya tidak enak hari ini, tapi tidak mungkin kalau Jaemin harus pulang, mama akan banyak tanya.

Suara klakson kendaraan mengalihkan perhatian Jaemin, refleks Jaemin bangun dari posisi semula yang duduk, berjalan mendekat pada orang yang akhir-akhir ini selalu muncul, kehadiranya yang selalu membawa rasa hangat membuatnya tersimpan diingatan tersendiri.

"ayo biar ku antar" ucap Jaehyun setelah melepas helmnya.

Si manis menggeleng "bukanya sekolah mu jauh dari sini?"

Jaehyun tersenyum lebar "itu tidak jadi masalah" si tampan menyerahkan helmnya "buruan, keburu ada bus"

Niat hati ingin menolak, tapi pada akhirnya Jaemin sudah duduk di jok belakang, meski sebenarnya Jaemin takut berada di dekat Jaehyun, ancaman Jeno tidak pernah main-main, tapi bodohnya. Jaemin selalu menjerumuskan dirinya seperti ini.

"kalau motor biasa ada besi di belakangnya, jadi bisa dijadiin pegangan. Motor aku nggak ada. Jadi daripada ntar kamu jatoh, mendingan pegangan aku aja deh, Jaem. Nggak usah takut aku apa-apain. Yang ada malah kamu yang bisa ngapangapain aku."

"Mmmm..." Jaemin bingung.

Jaehyun tersenyum tipis "pegangan Jaem, aku bawa motornya jadi nggak tenang. Takut kamu jatoh."

Nightshade (Nomin End)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang