; twenty five ;

1.8K 284 25
                                    

hi! enjoy! 💚



Jika Doyoung mengira bahwa Jaehyun akan menyerah karena penolakannya, maka Doyoung salah besar.

Nyatanya, Jaehyun selalu berusaha mendekatinya. Muncul dihadapannya, meski Doyoung berulang kali membuat hati lelaki itu terluka akibat perkataannya. Mungkin bisa dibilang, Jaehyun menerapkan prinsip 'masuk kuping kanan, keluar kuping kiri'. Mau Doyoung bilang seperti apa juga, lelaki itu akan mengabaikannya dan terus berjuang maju.

"Pagi, mantan pacar." sapa Jaehyun di depan pintu rumah Doyoung pagi-pagi sekali. Lekaki itu melambaikan tangannya seraya tersenyum lebar hingga kedua matanya menyipit.

"Jae? Kenapa kau kesini?" tanya Doyoung yang baru saja akan keluar rumah. Biasanya di Minggu pagi, Doyoung akan lari pagi sebentar untuk melemaskan ototnya sekaligus melepaskan penat dari rutinitasnya selama seminggu.

Jaehyun mengedikkan bahunya. Meminta Doyoung menilai sendiri penampilan Jaehyun saat ini. Lelaki itu mengenakan kaos putih tanpa lengan dipadu dengan celana selutut, lengkap dengan sepatu kets dikakinya, dipermanis topi hitam yang dikenakannya secara terbalik.

"Mau menemanimu lari pagi." jelas Jaehyun pada akhirnya karena Doyoung tidak lekas mengerti maksudnya meski dirinya sudah berpenampilan seperti ini.

Doyoung mendengus. "Kau pulang saja sana!" usir Doyoung seraya mengibaskan tangannya. "Aku bisa sendiri. Tidak perlu kau temani." lanjutnya

"Yasudah kalau tidak mau kutemani." balas Jaehyun dengan santainya. Padahal Doyoung mengira lelaki itu akan keras kepala seperti biasanya, tetapi apa yang dilakukannya? Hanya sampai disini usaha Jaehyun?

Doyoung menggelengkan kepalanya dengan cepat. Berusaha mengusir segala rasa yang ingin sedikit lebih diperjuangkan oleh seorang Jung Jaehyun. Ia tidak berhak meminta lelaki itu berjuang untuk mendapatkan hatinya. Tidak setelah semua penolakan yang Doyoung lakukan.

Mengabaikan Jaehyun, Doyoung mulai berlari kecil meninggalkan teras rumahnya, hendak menuju taman dekat perumahannya. Baru beberapa langkah ia meninggalkan rumah, Doyoung merasakan pergerakan Jaehyun. Ternyata benar, Jaehyun mengikutinya. Berlari kecil dengan senyum yang tidak pernah lepas dari wajahnya.

"Jae..." Doyoung menghentikan langkahnya. Berbalik, menatap Jaehyun sembari berkacak pinggang. "Kan aku sudah bilang, aku tidak minta untuk ditemani!"

Tawa Jaehyun pecah. Lelaki itu menyeringai ketika tawanya reda. "Ih, percaya diri sekali. Siapa yang mau menemanimu?"

Bola mata Doyoung terputar, kesal. "Terus, apa maksudnya ini? Kenapa kau ikut berlari?"

"Ya, mau lari pagi."

"Tuh, kan!"

"Memangnya kalau aku mau lari pagi, artinya aku mengikutimu?" balas Jaehyun membuat bibir Doyoung yang sempat terbuka terkatup kembali.

"Aku hanya ingin lanjut berlari kecil, habis sayang saja kalau sudah berdandan keren seperti ini malah tidak jadi."

"Ya–yasudah." ucap Doyoung salah tingkah karena terlalu percaya diri.

"Kalau begitu lari ditempat lain saja sana. Jangan disini!"

"Loh, mau lari dimanapun itu kan hakku. Lagi pula tidak ada larangan untuk lari pagi disini kan?" lagi-lagi Jaehyun membuat Doyoung tidak bisa membalas kata-katanya.

Doyoung menarik napas dalam, kemudian mengembuskannya pelan-pelan. Merasa frustasi sendiri menghadapi Jaehyun. Tidak tahu saja, Jaehyun sudah bersorak senang dalam hati karena bisa membuat Doyoung terdiam seribu bahasa seperti ini.

pretend ¦ jaedo ✔️Where stories live. Discover now