; twenty one ;

2.3K 348 72
                                    


Maaf lama ya, ehehe
Enjoy !




"Hei..."

Doyoung tersentak ketika Jaehyun menyentuh punggung tangannya. Gadis itu menoleh, membebaskan dagunya dari sanggaan sebelah tangannya yang lain. Tatapan teduh dan lembut Jaehyun menyambutnya kemudian, ditemani senyum lelaki itu yang begitu menenangkan.

"Masih mengkhawatirkan Renjun?" Tanya Jaehyun lirih. Doyoung tidak menjawab. Gadis itu justru kembali melemparkan pandangannya ke luar jendela pesawat. Menatap kosong gumpalan awan putih di luar sana.

Jaehyun menghela napas panjang. Ia sudah mengenal sifat Doyoung. Gadis itu banyak memilih diam dan memikirkan masalahnya sendiri. Tidak mau mengungkapkan karena takut membebani pihak lain.

Padahal, kalau Doyoung mau, Jaehyun siap dibebani. Ia tidak merasa keberatan. Jaehyun justru senang jika diberi kepercayaan untuk mengemban masalah Doyoung.

"Jangan terlalu kau pikirkan, noona. Nanti kau pusing," ujar Jaehyun kemudian.

Doyoung merespon cukup lama. Ia gunakan untuk berkedip pelan, menoleh ke arah Jaehyun sebentar, lantas membuang pandangan lagi.

"Bagaimana tidak kepikiran, Renjun itu adikku, Jae. Dan dia kecewa padaku sekarang."

"Semua pasti ada jalannya, noona. Bisa dibicarakan," balas Jaehyun, ditanggapi dengan kekehan datar oleh Doyoung.

"Dibicarakan?" Doyoung mencibir. Bukan karena gadis itu meremehkan saran Jaehyun, melainkan karena dia pesimis mampu membicarakan semua masalah yang ada secara baik-baik dengan Renjun.

"Kau yakin kalau Renjun mau membicarakan masalah ini?"

Jaehyun mengedikkan bahu. "Dia mengirimimu foto surat perjanjian kita, artinya dia minta penjelasan. Berarti ini bisa dibicarakan, kan?"

"Kalau Renjun marah, lalu dia—" bibir Doyoung bungkam begitu telunjuk Jaehyun menempel dipermukaan bibirnya.

"Jangan terlalu negative thinking. Optimis saja!" Jaehyun menarik telunjuknya dari bibir Doyoung. Beralih meraih bahu Doyoung, menuntun gadis itu agar bersandar dibahunya. Pelan, lelaki itu mengusap lengan atas Doyoung yang dijangkaunya.

"Kita hadapi ini sama-sama, ya? Jangan khawatir lagi. Aku berada di pihakmu," bisik lelaki itu sembari menyangga dagunya di puncak kepala Doyoung.

Mata Doyoung terpejam merasakan hembusan napas Jaehyun diatas ubun-ubunnya. Rasanya hangat dan begitu menenangkan. Untuk sementara, semua kekhawatiran yang melanda meredup, tak terlihat.

Jaehyun benar.

Pria itu selalu ada disisinya, untuk menguatkan. Entah apa jadinya Doyoung tanpa Jaehyun. Doyoung juga tidak bisa membayangkannya.





•••





Tiba di depan rumah Doyoung, Jaehyun segera membantu mengangkat koper gadis itu dari bagasi taksi. Berniat ikut masuk, sekadar menyapa —lebih tepatnya memastikan Doyoung baik-baik saja ketika bertemu dengan Renjun— Jaehyun ditahan oleh Doyoung. Gadis itu menggeleng, mengambil alih kopernya dengan cepat.

pretend ¦ jaedo ✔️Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz