; three ;

3.5K 473 80
                                    



Sudah 30 menit berlalu.

Doyoung menghela napas cukup panjang. Untuk mengurangi kejenuhannya, sekali lagi Doyoung menyesap espresso hangatnya. Bahkan, espresso yang mengisi cangkir kelabu ini sudah tidak lagi dapat dikatakan hangat apalagi panas.

Waktu 30 menit sudah cukup untuk mengubah suhu espresso-nya. Terlebih dengan suhu ruangan yang cukup dingin karena pengaruh AC.

Jam tangan kembali dilirik. Sekali lagi helaan napas panjang diloloskan oleh Doyoung. Sudah diputuskan olehnya, Doyoung akan menunggu 5 menit lagi. Jika sepupu Jeno itu masih tidak juga menunjukkan batang hidungnya, maka Doyoung akan pulang. Jangan harap Jeno bisa mengenalkan lelaki mana pun lagi pada Doyoung setelah ini.





Kling !




Bunyi gemericing lonceng kafe mengalihkan perhatian Doyoung. Gadis itu berharap semoga saja pengunjung yang baru tiba adalah orang yang ditunggunya sejak setengah jam yang lalu, sepupu Jeno.

Bukan karena Doyoung tertarik dengan sepupu Jeno, sungguh. Doyoung hanya menginginkan acara kenal-mengenalkannya ini segera selesai dan dirinya dapat segera pulang.

Sayangnya, Doyoung kelihatannya harus menunggu lebih lama lagi. Karena pengunjung yang baru saja memasuki kafe bukanlah orang yang ditunggunya. Meski pengunjung itu berjenis kelamin laki-laki dan mengenakan kemeja merah maroon seperti yang disebutkan Jeno, Doyoung yakin bahwa itu bukanlah orang yang ditunggunya.


Doyoung yakin karena dia mengenal lelaki yang satu ini.


"Doyoung noona ?" sapa lelaki itu ketika bertemu pandang dengan Doyoung.

Doyoung menggeram dalam hati. Seharusnya dia segera pergi saja semenjak tadi. Kalau sampai lelaki ini tahu alasan Doyoung berada di sini, bisa hancur reputasi dirinya di kantor.

"Sendiri?"

Doyoung mengangguk tanpa menjawab. Si lelaki membalas dengan anggukan pula. Pandangannya kemudian mengedar ke seluruh penjuru kafe, seolah sedang mencari seseorang.

"Mencari siapa, Jae?"

Mendengar pertanyaan Doyoung, secara otomatis Jaehyun menghentikan kegiatan mencarinya. Lelaki itu memasang cengiran khas sembari menjawab, "Itu, calon kakak iparnya sepupu."

Calon kakak iparnya sepupu ? Sebelah alis Doyoung terangkat. Ia mencoba mengingat kembali deskripsi yang diberikan oleh Jeno mengenai sepupunya. Jeno hanya mengatakan kalau sepupunya mengenakan kemeja merah maroon, kebetulah serupa dengan yang dikenakan oleh Jaehyun. Untuk yang lain, Jeno tidak menjelaskan lebih detail. Katanya, Doyoung juga bisa menemukan sepupunya itu tanpa Jeno beritahu namanya.

"Saya kesana dulu ya, noona." pamit Jaehyun membuyarkan lamunan Doyoung. Tanpa menunggu Doyoung menanggapi, Jaehyun sudah berjalan menjauhinya. Mendekati salah seorang pelayan untuk menanyakan sesuatu.

Doyoung menggigit bibirnya tanpa sadar saat si pelayan menunjuk mejanya. Bersamaan dengan itu Jaehyun dan Doyoung kembali bertemu pandang, tetapi Doyoung dengan cepat memutus kontak mata mereka.

Ia kembali menyesap espresso-nya. Pandangannya dialihkan ke mana saja, asal bukan ke arah Jaehyun. Sedangkan batinnya terus berdoa, semoga sepupu yang dimaksud Jeno bukanlah Jaehyun.


Srett.


Deritan kursi yang digeser mengalihkan perhatian Doyoung. Gadis itu melebarkan mata saat menyadari bahwa Jaehyun adalah orang yang bertanggungjawab atas suara deritan tadi.

pretend ¦ jaedo ✔️Where stories live. Discover now