; twenty three ;

2.6K 328 56
                                    




Sepuluh menit berlalu, Yejin belum juga buka suara. Masih lebih memilih diam sembari melayangkan tatapan tajamnya pada Doyoung. Doyoung sendiri ikut memilih bungkam sembari menundukkan kepala. Tidak berani beradu pandang dengan sang Ibu.

"Tidak ada yang mau coba kau jelaskan pada Ibu?" Yejin memecah keheningan dengan melontarkan sebuah pertanyaan yang sedikit menyudutkan.

Doyoung tidak menjawab. Justru sibuk meremas jemarinya yang mulai terasa dingin. "Kim Doyoung?" panggilan Yejin berikutnya sukses membuat Doyoung menelan ludah cukup kasar.

Sudah dipastikan bahwa Yejin mendengar pembicaraan antara Doyoung dan Renjun.

"A-apa yang harus aku jelaskan bu?" Doyoung bertanya, berpura-pura tidak mengerti.

"Jangan pura-pura." Yejin memperingatkan. "Kau jelas tahu apa yang Ibu maksud. Sekarang, aku ingin mendengar penjelasanmu. Apa maksud dari pembatalan rencana pernikahan Renjun, sekaligus mengenai Jaehyun yang berpura-pura menjadi kekasihmu?" cecar Yejin tepat sasaran.

Bibir Doyoung terbungkam rapat. Gadis itu masih menunduk takut. Tidak berani mengucapkan sepatah kata pun untuk membela diri.

"Doyoung?"

"Maaf," sesal Doyoung lirih. "Maaf karena aku sudah berbohong pada Ibu dan yang lainnya tentang hubunganku dengan Jaehyun," lanjutnya masih dengan suara lirih seakan tertahan di tenggorokan.

Yejin menghela napas panjang. Memalingkan muka, enggan menatap anak sulungnya. "Kau pikir kalian ini pemain drama? Kenapa harus bersandiwara segala? Apa untungnya?"

Doyoung menggigit bibir bagian dalamnya. Ia menyadari kekonyolannya meminta Jaehyun menjadi kekasih gadungannya. Namun, Doyoung sendiri tidak memiliki pilihan lain. Hanya itu yang mampu dia lakukan untuk menyelamatkan hubungan Renjun dan Jeno.

"Kenapa tidak menjawab pertanyaan Ibu?" kejar Yejin, menuntut penjelasan lebih dari Doyoung. Ia butuh mendengar alasan Doyoung hingga melakukan tindakan konyol seperti berpura-pura berpacaran dengan Jaehyun, agar tidak asal menuduh anak sulungnya tersebut dan bisa mengambil keputusan bijaksana atas kesalahan yang diperbuat Doyoung.

"Karena Renjun?" tanya Yejin karena tak kunjung mendapat jawaban dari Doyoung. "Karena Renjun tidak ingin menikah sebelum kau memiliki kekasih, iya?"

Doyoung mengangguk pelan. "Aku hanya tidak ingin dia menyesal karena kehilangan kesempatan menikah dengan pria yang baik, bu. Aku tidak ingin Renjun bernasib sama sepertiku."

"Astaga, Kim Doyoung!" Yejin mendesis gemas. "Kalau hanya ingin membuat adikmu tidak mengalami nasib yang sama, kenapa harus pacaran bohongan!?"

"Aku sudah coba bicara dengan Renjun, Ibu. Tapi dia tetap bertahan dengan prinsipnya itu. Tidak ada cara yang lain." jawab Doyoung secara otomatis membela dirinya sendiri.

"Kalau memang dibicarakan baik-baik pun Renjun tidak mau, yasudah. Biarkan saja dia bertahan dengan keputusannya itu. Dia sudah dewasa. Dia sudah bisa memilih mana yang baik untuknya. Kau tidak perlu sampai membuat kebohongan konyol seperti ini!" tukas sang Ibu, membuat Doyoung terdiam. Tidak mampu lagi membalas.

"Sekarang, Ibu tanya padamu," Yejin menyilangkan tangan di depan dada. Menatap anak sulungnya dengan tajam. "Kau rela pacaran bohongan dengan Jaehyun untuk apa? Agar Renjun dan Jeno bersatu, kan?"

Doyoung mengangguk, membenarkan. Yejin menarik napas dalam, sebelum kembali melanjutkan perkataannya. "Dan sekarang, apa yang terjadi? Pernikahan mereka bahkan nyaris batal. Kau tahu apa artinya?"

pretend ¦ jaedo ✔️Onde histórias criam vida. Descubra agora