; eighteen ;

1.9K 344 39
                                    


Enjoy!






"Aku pulang, ya?" Ujar Jaehyun setibanya di depan mobil yang terparkir di luar pagar rumah Doyoung.


"Iya."


Jaehyun menghela napas panjang. Lelaki itu sudah meraih kenop pintu mobil, tetapi dengan cepat tangannya ditarik kembali.

"Aku pulang."


"Iya, hati-hati," balas Doyoung sembari melambaikan tangan.


Jaehyun mendesah kecewa. Lagi-lagi lelaki itu meraih pintu mobil, tetapi kepalanya masih saja menoleh ke belakang. "Aku mau pulang, loh."


"Iya tahu."


"Noona-ku ...."



"Tsk! Apa lagi sih, Jae? Kau bilang ingin pulang!" sahut Doyoung. Kening gadis itu mengerut karena Jaehyun tidak kunjung memasuki mobilnya meski berkali-kali pamit padanya.


"Aku mau pulang."



"Iya tahu! Terus?"


"Kau tidak mau melakukan sesuatu, gitu?" Tanya Jaehyun memancing.



"Memangnya, aku harus apa?" Tanya Doyoung masih dengan tatapan tidak mengertinya. Dari sekian malam Jaehyun mengantarkannya pulang ke rumah, ini adalah kepulangan lelaki itu yang paling lama.


"Aku kan kekasihmu."

"Iya, terus?"

"Tidak ada pelukan atau ciuman sebelum aku pulang?"


Kerutan di kening Doyoung menghilang perlahan. Seketika raut gadis itu berubah datar. Dan Jaehyun tahu bahwa ekspresi datar Doyoung adalah sebuah pertanda buruk.


"Kau tahu, Jae? Sudah lama tanganku tidak dipakai untuk memukul seseorang."


Jaehyun meringis. Membayangkan telapak tangan Doyoung mampir ke bibir atau kepalanya. Kalau telapak tangan itu membelai bibir, kepala atau bagian lainnya, Jaehyun tidak akan menolak. Akan tetapi, kalau digunakan untuk memukul, Jaehyun memilih untuk mundur saja. Bukannya apa-apa, kalau Doyoung memukul, dia akan mengerahkan seluruh tenaganya. Lumayan. Sakit.


"Yasudah kalau tidak ada. Aku pulang." Ujar Jaehyun pada akhirnya. Memilih menyelamatkan diri dari pukulan Doyoung.



"Um, Jae..." baru saja Jaehyun membuka pintu mobil hendak memasukinya, suara Doyoung memanggil. Tanpa disangka gadis itu maju beberapa langkah, hingga jarak mereka menipis.



"Supaya kau tidak kepikiran dan sulit tidur," kata Doyoung sebelum berhambur melingkarkan lengannya ke leher Jaehyun. Gadis itu sedikit berjinjit hingga dagunya mampu disandarkan ke bahu lebar lelaki itu.



"Pelukan saja sudah cukup, kan?"


Senyum Jaehyun mengembang begitu saja. Secara otomatis lengannya melingkari pinggang Doyoung, membalas dekapan gadis itu. "Iya, sangat cukup."



Doyoung menahan napas saat ada gejolak lain yang singgah di hatinya. Tidak mampu menahan gejolak yang ada, ia pun segera melepaskan dekapannya. Tersenyum kikuk pada Jaehyun yang masih menahan pinggang Doyoung agar tidak menjauh darinya. "Yasudah, pulang sana."




pretend ¦ jaedo ✔️Where stories live. Discover now