; thirty ;

4.3K 395 139
                                    


hi, enjoy! 💚

(( Saran : play Lauv - I like Me Better on loop while reading this for a better vibe, okay! ))




Doyoung tampaknya mengerti mengapa Renjun bersikeras untuk tidak melangkahinya menikah lebih dulu. Ia juga mulai mengerti kekhawatiran sang Ayah yang terus saja menanyakan : apakah perasaan Doyoung baik-baik saja, menjelang acara pernikahan Renjun.

Doyoung mengerti. Sangat mengerti setelah sekelumit iri menghampirinya saat Jeno mengucap janji suci dengan suara lantang. Dan, rasa iri tersebut semakin menjadi kala melihat adik dan adik iparnya bersanding penuh aura kebahagiaan di depan altar sana.

Senyum Doyoung terbit beberapa saat kemudian, seolah mengejek dirinya sendiri. Iri? Ia merasa tidak pantas merasakan iri, sedangkan dirinya sendiri tidak pernah menghargai banyak kesempatan yang lewat. Ajakan Seokwoo menikah dulu, para lelaki yang dikenalkan oleh Jeno, juga perasaan Jaehyun.

Bibir Doyoung terkulum secara otomatis saat nama Jaehyun terucap oleh benaknya. Entah sejak kapan, setiap kali benaknya menggumamkan nama Jaehyun, ada getaran aneh yang mengikuti. Terasa hangat, tetapi perih kemudian. Terlebih setelah Doyoung mengingat bagaimana foto Jaehyun bersama dengan Jisu, bagaimana Jisu mengangkat teleponnya, bagaimana ... Jaehyun mengabaikan rasa rindunya. Doyoung memejamkan mata merasakan sakit yang lebih parah tepat di dadanya.

"Sudah kak, tidak usah mengingat-ingat kak Jaehyun lagi. Jangan siksa dirimu pada lelaki yang belum tentu memikirkan perasaanmu sekarang ini," kata-kata Renjun saat memergokinya menangis karena Jaehyun mengakhiri panggilan mereka secara sepihak kembali terngiang.

Renjun mungkin benar, Doyoung tidak selayaknya menangisi Jaehyun yang mungkin telah memilih perempuan lain. Akal sehat Doyoung pun berkata demikian, tetapi tidak dengan hatinya.  Perasaan terkadang tidak bisa diubah sesuka sang pemilik. Malah mungkin, perasaan adalah pengkhianat bagi dirinya sendiri. Karena mau sekeras apapun Doyoung mencoba, bayang-bayang Jaehyun belum mau lepas, begitu juga rasa sakit yang baru saja diberikan lelaki itu.

"Doyoung?" Doyoung terlonjak ketika bahunya disentuh oleh seseorang.

"Hai, bagaimana kabarmu?" tanya seorang wanita bergaun merah marun.

"Ka—Kak Soojung?" sapa Doyoung tergagap. Tubuh Doyoung terasa kaku saat menjabat tangan kakak Jaehyun itu.

"Aku baik. Kakak bagaimana?" Doyoung balik bertanya. Kepalanya menunduk, menatap perut Soojung yang terbilang cukup rata.

Soojung tersenyum mengikuti arah pandang Doyoung. Telapak tangannya secara otomatis mengusap perutnya. "Aku sudah melahirkan, Doyoung." Jelas Soojung bahkan sebelum Doyoung bertanya. "Jaehyun tidak bercerita padamu ya?" tanyanya.

Doyoung tersenyum masam, lantas menggeleng pelan. Bagaimana Jaehyun bisa mengabari Doyoung perihal Soojung yang melahirkan? Menghubungi Doyoung saja tidak pernah. "Um, lalu adik bayinya tidak ikut, kak?" tanya Doyoung.

Soojung menggeleng. "Aku titipkan pada mertuaku. Kasihan disini banyak sekali orang. Kalau dia bosan, nanti pasti menangis terus." Jawab Soojung sembari terkekeh kecil.

"Kalau Klee?" tanya Doyoung secara otomatis. Padahal niat hati ingin menanyakan adik Soojung yang tidak terlihat selama acara berlangsung, tetapi yang terucap justru nama anak Soojung.

"Itu, sedang bermain bersama Jisung." Jawab Soojung, menunjuk satu tempat di dekat stand es krim. "Sudah nih? Kau hanya menanyakan Klee saja? Kau tidak mau menanyakan omnya Klee juga?" tanya Soojung menggoda Doyoung.

pretend ¦ jaedo ✔️Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora