; five ;

3.1K 442 128
                                    



"Noona, kenapa wajahmu kusut sekali, sih." komentar Jaehyun melihat wajah Doyoung yang sudah ditekuk sejak kereta yang mereka tumpangi meninggalkan stasiun. "Wajahmu lupa disetrika ya?"

"Kalau kau masih ingin selamat sampai di Busan, sebaiknya kau diam."

Jaehyun mengatupkan bibirnya dengan cepat. Ia masih sayang dengan nyawanya, sebagai informasi saja. Daripada nanti terdapat headline news : 'Seorang Pria Lajang Dilempar dari Kereta Seoul - Busan oleh Teman Wanitanya karena Terlalu Cerewet', kan tidak lucu.

"Ck, Pemandangan apanya?" Doyoung menggerutu sembari memandang ke luar jendela kereta. "Gelap semua begini, tidak ada yang bisa dilihat."

Ingin sekali Jaehyun menanggapi keluhan Doyoung. Namun, lelaki itu urung lakukan. Takut jika diperingati Doyoung seperti tadi. Jadi, Jaehyun memilih diam saja dan mendengar semua gerutuan Doyoung.

Lumayan, menikmati kecerewetan perempuan yang biasanya irit bicara ini.

Tanpa sadar, Jaehyun menarik sebelah sudut bibirnya. Mengamati pergerakan bibir Doyoung yang berbicara tanpa henti adalah suatu kegiatan yang cukup menyenangkan. Belum lagi, saat bibir gadis itu mencebik atau mengerucut. Ingin rasanya Jaehyun menarik bibir itu, mencubitnya dengan gemas.

"Jae, kenapa diam saja?"

Jaehyun tersentak kaget saat Doyoung memukul pelan lengannya. Perempuan itu memutar bola matanya malas saat mengetahui bahwa yang sedari tadi diajak bicara mengabaikannya.

"Tadi kan noona menyuruh saya diam."

"Aku sedang mengeluh, harusnya kau tanggapi, ck. Coba kau lihat keluar, diluar gelap. Mana pemandangan bagus yang kau janjikan sebelumnya, huh?" Doyoung memprotes sembari bersedekap. Dagunya diangkat dengan angkuh.

"Ini kan perjalanan malam. Jadi wajar saja sih kalau gelap." jawab Jaehyun sesantai mungkin. "Lagipula, yang memesan tiket juga kan noona. Harusnya noona sudah tahu dong kalau perjalanan kereta kita malam hari ?"

Seringaian Jaehyun tercipta saat Doyoung memilih mengatupkan bibirnya. Kekehan tidak dapat ditahan lagi saat Doyoung melongos menyandarkan punggung di sandaran kursi sembari kembali memandang ke luar jendela.

Entah mengapa, cara merajuk seorang Kim Doyoung begitu lucu di mata Jaehyun. Sama sekali tidak menggambarkan sikap perempuan berusia 28 tahun. Membuat Jaehyun ingin sekali mengacak puncak kepala Doyoung, menyalurkan rasa gemasnya.

Eh ? Jaehyun buru-buru menggelengkan kepala. Pemikiran apa barusan? Tidak. Tidak mungkin kalau Jaehyun berakhir tertarik pada sosok dingin yang duduk di sebelahnya ini.

Apa kata dunia? Apa kata Doyoung? Bisa-bisa gadis ini besar kepala seperti yang terakhir kali, mengira Jaehyun tertarik padanya.

Daripada pikirannya terus melantur, Jaehyun memilih memejamkan mata. Paling enak menikmati perjalanan panjang adalah dengan tidur. Setidaknya ini bisa dijadikan ajang balas dendam akibat lembur selama beberapa hari sebelum Jaehyun bertugas ke Busan.

"Jaehyun ..." Baru membungkus tubuh dengan selimut yang disediakan hingga batas leher, panggilan Doyoung menginterupsi. Diam-diam batin Jaehyun menggerutu.

Tadi Doyoung menyuruhnya untuk diam, tenang, dan tidak cerewet. Sekarang malah perempuan itu yang terus menerus mengajak bicara.

Benar kata orang, perempuan itu tidak pernah salah. Lelaki lah yang selalu salah. Seperti Jaehyun yang selalu serba salah dan disalahkan oleh Doyoung.

pretend ¦ jaedo ✔️Where stories live. Discover now