VII

89 57 95
                                    

Selamat membaca fren  ( ˘͈ ᵕ ˘͈♡)

◐◒◓◑

Duduk dulu, istirahat sebentar.

◐◒◓◑

Tamu-tamu berbinar menatap Kastara. Ramai sekali, berisik sekali, bising sekali. Ia berkedip, dari sorot mata mereka, Kastara tau ia sedang dinanti. Ia berkedip, yang dinanti juga sedang menanti tahu.

Matanya bergulir mencari sosok yang ingin dia temukan. Oh, dia disana. Memakai gaun ivory gading yang.. astaga, cantik sekali.

Rasanya ia ingin cepat-cepat menyelesaikan penobatan, buat segera temui dia.

Kalau saja Kastara tidak ingat ia sedang proses penobatan sekarang, ia pasti sudah berjalan untuk menemui  Harsa.

Tetapi kemudian fokusnya satu ke penobatannya. Ia harus serius untuk penobatannya. Ia menunduk, mempersilahkan ayahnya meletakkan mahkota raja di atas kepalanya.

"Dengan ini saya nobatkan Kastara bin Abu Dhabi Burj Khalifa menjadi Raja Kerajaan Eloise dengan gelar Eloise IX,"

Lantang penasihat kerajaan berkata, Ayahnya menatapnya bangga. Namun, Kastara tidak senang sama sekali ditatap bangga seperti itu oleh pria tua itu.

Begitu, lah penyakit benci. Kalau orang yang dibenci melakukan hal baik, mau sejernih apa pun. Ya, kan? Kalau sudah benci, tetap saja apa saja yang dia lakukan terasa jelek, terasa pencitraan. Padahal, ya...

Anehnya lagi, itu ada. Setiap kita mungkin punya. Sudah saatnya membersihkan hati.

Kenari menghembuskan napas bersyukur, menatapnya senang dan bangga. Kastara tersenyum senang.

Alunan koor penobatan menyambut, menggema di langit-langit ruangan setelah itu.

◐◒◓◑


Setelah acara pengarakan keliling kota dan menyapa rakyat-rakyatnya.

Akhirnya penobatan itu berakhir, tamu-tamu dipersilahkan bebas mengitari bagian istana, disuguhi suguhan yang berderet di meja panjang. Coklat, keju, vanila, umami, semua tersedia.

Kastara mengambil secangkir es krim coklat, menghampiri Harsa yang dikelilingi lima anak kepo.

"Pagi! Pagi! Liat! Rajanya kesini!"

"Wow Wow Wow,"

"Heh, ngapain kesini?"

"Dia kan om-om,"

"Hush, lambe!"

"Ayo, nunduk!"

Kastara mengangkat satu alisnya, "Rusuh banget sampingmu itu," celetuknya, memainkan sendok di es krim.

Harsa terkekeh masam, "Mereka yang mempperbolehkanku menginap saat disini," ia melambai ringan ke arah nenek yang kini tersenyum teduh.

"Wah, Nenek Eleanor!" Kastara tiba-tiba menunduk hormat. Meletakkan es krimnya di meja.

Hei, hei, biasa saja, lihat siapa yang jadi raja sekarang," ujar nenek itu sambil menepuk-nepuk bahu Kastara.

"Rajanya kenal nenek astaga!"

"Woah,"

"Dan siapa kembar lima lucu ini?" sebut Kastara, tersenyum ramah pada mereka.

"Mereka cucu-cucuku, Raja."

"Kelana?" Mata Kastara membelalak kaget.

"Iya, Raja, " Nenek itu mengangguk mantap.

Kelana brengsek, kabur dari istana sudah punya anak lima begini.

Amigdala,  COMPLETEDUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum