XXI

9 3 25
                                    

Selamat membaca fren  ( ˘͈ ᵕ ˘͈♡)

◐◒◓◑

Apa pun yang mengkhawatirkanmu saat ini, lupakan saja. Ambil napas dalam-dalam, dan yakini kalau semua akan baik-baik saja.

◐◒◓◑

"Runa!" panggil Harsa.

"Oh, halo, Harsa. Yuk," ajak Runa yang sudah siap dengan motor scoopy-nya.

Ngampus kali ini ia tidak diantar Kastara. Jangankan diantar—kontak nomor Kastara pun hilang dari ponselnya.

Ia merasa ganjil saat bangun, mengetahui Kastara sudah tidak ada. Itu artinya ia sudah kembali ke dunia nyata.

Semestinya dia tahu dan terbiasa. Hanya saja—ini terlalu cepat, tidak—ia masih ingin lebih lama bersama dengan Kastara.

Harsa memandang gelisah ke arah Pak Julius yang sedang menerangkan di kelas—pikirannya sama sekali tidak fokus ke pelajaran.

Melayang ke arah mimpi panjangnya semalam, ia merasa kehilangan sesuatu.

Ia jadi penasaran apa sebenarnya rambut Pak Julius cuma rambut palsu, apa benar bakal jatuh kalau ia menyenggolnya?

Tentang video proyek yang entah kapan bakal ditayangkan, tentang ulang tahun kampus yang ternyata masih lama waktunya di dunia nyatanya.

Tentang tempat-tempat yang dikunjunginya bersama Kastara.

Tentang pengakuannya yang tidak masuk akal kemarin malam.

Kemarin malam.

Rasanya seperti baru kemarin malam, tetapi hanya dengan satu malam semuanya berubah begitu cepat.

"Ars, lo nggak apa?" Elang tiba-tiba bertanya.

Ia tersentak dari lamunannya menyadari Kenna dan Runa yang memandanginya dengan cemas.

"Hah? Gue.. gue oke," ternyata dia sudah terlalu lama melamun.

"Pay attention to the lesson, Pak Julius merhatiin lo dari tadi," bisik Kenna menegur.

Harsa mengangguk, benar, Pak Julius sudah melayangkan tatapan mencurigai ke arahnya.

◐◒◓◑

"Ars, lo ada masalah, ya?" tanya Runa dengan hati-hati.

"Gue nggak maksa lo buat cerita, sih. Tapi kalau bisa meringankan beban lo, lo bisa cerita ke gue, kok."

"Na, lo kenal Kastara?"

Runa mengerutkan dahinya, "Siapa?"

Harsa mengusap wajahnya. Ternyata memang benar. Ia hanya ingin memastikan kalau ia masih bermimpi, jadi mungkin saja Kastara hanya bolos dari kampus dan ponselnya hanya error, dan teman-temannya masih tahu Kastara.

Tapi kenyataannya mereka tidak kenal Kastara, ia benar-benar sudah berada di dunia nyata, Kastara tidak akan muncul tiba-tiba lagi dan mengajaknya berkeliling Bandung.

Runa semakin tidak mengerti melihat tatapan Harsa yang meredup. Tetapi ia mencoba memahami sebelum bertanya.

"Orang yang lo pikirin akhir-akhir ini, ya?"

"Iya, Na," ujar Harsa mengiyakan, mengalihkan pandangannya dari tatapan Runa.

Ia tidak ingin Runa menangkap sorot mata sedih yang ia tak ahli menyembunyikannya.

Amigdala,  COMPLETEDWhere stories live. Discover now