XXII

11 4 10
                                    

Selamat membaca fren  ( ˘͈ ᵕ ˘͈♡)

◐◒◓◑

Kata-kata yang aku harap bisa disampaikan waktu itu

◐◒◓◑

Gelap itu perlahan menjadi cahaya putih yang sangat silau, menusuk ke retina matanya.

Perempuan bersurai sebahu itu mengerjap, tidak tahan dengan cahaya yang membombardir matanya.

Langit-langit berwarna putih adalah hal pertama yang bisa ia lihat. Lampu yang padam menggantung di atasnya.

Mual.

Aroma obat seketika mendera cuping hidungnya, bergerumul menelisik masuk.

Ia tidak paham. Apakah ia bermimpi lagi.

"Alhamdulillah, Gusti. Akhirnya anak hamba bangun."

Suara syukur milik bapaknya menyapa telinganya, begitu tulus dan begitu  gembira. Suara itu adalah suara kedua yang didengarnya setelah bunyi 'bip bip bip' monitor elektronik, yang mengingatkannya kalau ia benar-benar sudah bangun.

Bunga amarilis putih yang berada di nakas meja rumah sakit bergoyang pelan, kepalanya berdenyut sakit.

Ia bisa mendengar samar-samar suara derap langkah menuju kesini. Tidak menunggu lama segerombolan orang datang, yang Harsa tahu mereka adalah dokter dan suster.

Tetapi sadar tidak sadar, tahu atau tidak. Sebelum amigdalanya sempat memproses, dengan pembendaharaan kata yang tidak seberapa setelah lama ia tertidur—kalimat itu meluncur begitu saja dari mulutnya, "Kastara mana?"

Dokter dan suster itu terdiam. Untuk seorang pasien yang koma tiga bulan, benar-benar sebuah ingatan yang tajam.

Dokter dan suster itu saling melirik, gentar menyampaikan getir pesan yang akan dibawa mereka.

"Nyonya Pharsaphina Adara, selamat karena anda sudah bangun setelah koma tiga bulan."

Harsa tercengang, ia tidak mengerti.

Oh, apakah ini bagian dari mimpinya? Kalau iya bukankah seharusnya Kastara berada disini juga?

Kalimat selamat seharusnya membuatnya senang—para dokter dan suster juga terlihat sumringah menyampaikannya.

Bapaknya yang ada di tepi kamar juga terlihat sangat gembira mengetahui ia sudah bangun.

Ia bisa melihat dokter itu menggeleng ke arah suster di sampingnya, firasatnya tidak enak.

Ia tidak tahu kenapa tanyanya tidak mendapat jawab. Sesak dan gelisah bergerumul di dadanya.

Ia takut.

Ia ingin bertanya lagi.

Tapi tidak ada suara yang keluar dar atas tenggorokannya.

◐◒◓◑

Sudahkah tanda tanyamu terjawab?

◐◒◓◑

Dari sudut pandang Kastara.
Tiga bulan lalu, sebelum kejadian.
Flashback; on

Hari itu Aku sama Harsa pergi ke arcade.

Kita menangin banyak tiket.

Tiketnya  kutukar sama boneka, tapi aku ngga bilang dia.

Amigdala,  COMPLETEDWhere stories live. Discover now