XX

25 11 84
                                    

Selamat membaca fren  ( ˘͈ ᵕ ˘͈♡)

◐◒◓◑

Hal-hal baik datang kepada orang-orang yang menunggu, tetapi hal-hal yang lebih baik datang kepada mereka yang keluar dan mencarinya.

◐◒◓◑

Lonceng kecil di atas pintu kaca bergoyang saat Harsa membuka dan melangkah masuk.

"Selamat datang," penjaga kasir yang berjaga menyapa ramah sambil tersenyum dari meja kasir, yang dipenuhi dengan rangkaian bunga kering, diantaranya terdiri cotton flower, krisan dan baby breath. Maneki neko di kasir melambai-lambaikan tangan kacanya.

Wangi potpurri yang harum menguar, bercampur dengan aroma khas bunga-bunga segar yang dipajang. 

Kastara membalas sapaan penjaga kasir itu dengan senyuman. Ia emngikuti Harsa yang berjalan ke arah rak bunga lily, lily putih.

Cahaya yang tampias membuat bunga lily putih itu semakin autentik. 

"Lo mau beli itu?" bisik Kastara pelan, suasana di florist ini sangat tenang seperti di perpustakaan dan dia tidak mau mengusiknya dengan suaranya yang terlalu keras.

Harsa mengangguk, "Buat ibu,"

"Ibu lo suka lily putih?"

Tatapan Harsa berubah sendu, "Ibu nggak cuma suka lily putih, tapi bunga itu melambangkan beliau." 

Oh, Kastara ingat sekarang. Bunga yang melambangkan kematian bukan hanya higanbana, namun lily putih yang apas ini juga.

"Sorry, gue nggak bermaksud-"

"No—It's okay, kata lo usul ke tempat yang personally berarti buat gue. Gue milih kesini karena gue sering kesini bareng bapak."

Kastara mengangguk mengerti.

"Jangan-jangan lo milih tempat-tempat sebelumnya, juga ada arti personally, nih?" celetuk Harsa menebak-nebak.

Kastara berjengit, tebakan Harsa tepat sekali, tapi ia tidak mau mengatakan alasannya.

"Gimana, ya, nggak ada alasan khusus selain tempatnya bagus, sih," jawab Kastara.

Harsa memicingkan matanya kemudian terkekeh pelan. "Udah kalau gitu. Lo gak mau beli bunga gitu, buat adik lo misalnya?"

"Gue anak tunggal."

"Owh, ya...gak beli-beli gitu? Rugi, loh sampai sini gak bawa jejak, minimal buket," Harsa mengacungkan jempolnya.

"Lo kok malah promosi?" protes Kastara ringan, "Ya udah, deh, gue beli buket bunga kering."

"Ke floristri-nya, dong, biar di rangkaiin."

◐◒◓◑

Mereka pulang dari florist tidak hanya membawa tangan kosong, tangan mereka penuh. Satu dengan buket bunga lily putih, satunya lagi dengan buket bunga kering.

"Mau dipajang dimana, ya, buketnya nanti?"pintas Kastara sambil melirik buket bunga kering di dekapannya. 

Buket bunga kering milik Kastara terangkai dari Bunga Baby's Breath, gandum kering, bunga kapas, krisan dan ilalang. Kastara yang memilihnya sendiri.

Harsa tersenyum, merasa bangga karena berhasil meracuni Kastara dengan kesukaannya mengoleksi buket bunga kering. Bunga yang dikeringkan dengan diawetkan tidak kalah bagusnya daripada bunga yang masih segar, dan yang terpenting mereka tidak akan layu.

Amigdala,  COMPLETEDWo Geschichten leben. Entdecke jetzt