trauma dari sebuah luka

257 20 1
                                    

Bianca melihat Zizi teman sekelasnya. Temannya yang satu ini juga terlihat masa bodo dengan lingkungan sekitar, lebih tepatnya, dia juga melakukan apapun itu sendiri. Tak banyak bergantung dengan orang lain, kemana-mana juga terlihat sendiri. Tak perduli ada atau tidaknya orang di sampingnya.

Bedanya dengan Bianca, walaupun begitu Zizi terlihat seperti wanita elegan. Dalam sendirinya itu, Zizi tak pernah luput dari perhatian orang-orang. Karena selain wajahnya memang yang cantik dengan kulit putihnya itu, Zizi juga anak yang pintar.

"Zi, kita mau pergi ke kantin gedung A, mau gabung gak?" Suara Jessy yang selalu menggelegar ketika sudah jam istirahat. Padahal, ketika pelajaran berlangsung, ia diam tanpa suara bahkan ketika disuruh berbicara sekalipun.

Jessy memang tipe anak yang seperti itu, selalu butuh perhatian lebih dari orang-orang sekitarnya. Paling tak bisa sendiri juga. Sikapnya selalu berlebihan dalam mengomentari orang lain, tanpa sadar bagaimana dirinya sendiri.

"Itu_ apa, aku mau ke perpustakaan aja." Jawab Zizi dengan lembut. Wanita itu memang selalu lemah lembut. Selalu sopan juga pada semua orang, itu sebabnya juga banyak yang menyukainya. Bahkan cowok-cowok di kelas sekalipun.

Bahkan terkadang, Bianca saja iri karena tak pernah bisa bersikap sebaik itu. Bianca suka benci dengan orang-orang yang dengan mudah bisa menerima keadaan, sedangkan dirinya tidak. Selalu ada saja yang disesalinya dalam hidup.

"Yaudah, kita duluan ya Zi." Nirin adalah yang paling tenang juga. Nirin juga yang paling dekat dengan anak laki-laki diantara semuanya. Sikapnya yang selalu welcome pada semua anak perempuan maupun laki-laki juga yang terkadang membuatnya sering di manfaatkan.

Nirin juga tak bisa sepi, tak bisa kemana-mana sendiri. Dulu Nirin selalu pergi kemanapun bersama Sindu sebelum akhirnya Sindu menghilang begitu saja tanpa kabar. Ada yang bilang Sindu sudah menikah, namun tak ada yang benar-benar tau bagaimana kabarnya sekarang.

"Revi sama Latu kemana Rin?" Tanya Bianca pada Nirin. Ia tak bisa melihat mereka berdua sejak kelas berakhir tadi. Fakta bahwa cewek di kelas mereka hanya berjumlah enam orang membuat mereka secara tidak sadar, selalu tau jika salah satu temannya itu tak ada. Entah kenapa dikelas mereka ini hanya terdapat enam cewek, padahal jurusannya juga bukan teknik mesin yang dominan memang anak cowok. Bahkan kelas lain juga seimbang jumlah cewek maupun cowoknya.

"Mereke tadi ke toilet. Latu sih yang mau pergi, terus Revi yang menemani." Itu Jessy yang menjawab. Memang benar, diantara enam jumlah cewek di kelas mereka, seakan semuanya sudah berpasangan.

Revi yang selalu bersama Latu. Nirin yang selalu bersama Jessy setelah Sindu tidak ada. Sedangkan Zizi? Tidak, dia bukannya selalu bersama Bianca. Mereka justru bernasib sama. Sama-sama masing-masing dan bisa sendiri dalam segala hal. Seperti sekarang contohnya, mereka jalan bertiga, namun Bianca selalu berbeda. Kalau tidak dia yang paling belakang sendiri, dia pasti yang paling depan juga sendiri.

...

Bianca memanggil pelayan untuk membersihkan mejanya, sekaligus ia memesan makanan. Ia baru saja selesai bertemu dengan orang yang ingin dirinya membawa acara lamaranya. Mengusung konsep yang sederhana. Yah, anggap saja tadi Bianca sedang meeting dengan cleant.

Orang tadi tidak punya partner untuk Bianca, sehingga membuat Bianca berpikir untuk mencari partner sendiri jika ia tak mau sendiri. Meski sebenarnya sendiripun ia bisa, tapi acara formal seperti ini lebih enak kalau berpasangan. Meskipun acaranya juga tak semewah sebelumnya.

Mengingat acara sebelumnya, Bianca jadi ingat dengan Daren. Kenapa tak minta Daren saja untuk menjadi partnernya? Lagipula waktu itu rasanya tidak ada kendala yang berarti dengan Daren. Daren juga tampak berpengalaman. Jadi tak ada salahnya mengajak Daren jika orang itu ada waktu. Nanti lah aku coba tanya sama Kak Daren. Semoga dia bisa.

DIBALIK LUKA (END)✅जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें