lanjut atau berhenti?

82 5 0
                                    

Hujan di luar sama sekali tak ada tanda-tanda untuk berhenti. Ditunggu semakin lama, hujannya justru semakin kuat. Bianca sudah sedikit basah, ia menunggu di halte pinggir jalan karena hari ini ia tak ada membawa jas hujan. "Kalo gini ceritanya kapan aku nyampe kampusnya?"

Kampus memang tidak jauh lagi, tapi karena hujannya juga sangat deras, yang ada ia basah kuyup sampai kampus kalau masih ingin memaksakan diri.

Bianca berdiri di sana, beberapa orang juga ada yang duduk ada yang berdiri. Banyak juga orang-orang yang menerobos derasnya hujan ini. Orang yang menerobos itu pasti tidak ada kepentingan lain mungkin, makanya rela saja untuk menerobos seperti itu.

Sudah sepuluh menit kiranya berlalu, hujan sudah mulai mereda. Bianca merapatkan jaketnya, memastikan semua barang bawaanya agar tetap aman dari hujan. Setelahnya ia terobos hujan itu yang sudah mulai mereda.

Tak membutuhkan waktu lama Bianca juga sampai ke kampus. Namun tak bisa di elakan ia tetap basah, apalagi bagian kerudungnya. Ia membuka jaket di parkiran, menyampirkan jaket itu di atas motor. Mengusap-usap badanya, menghilangkan air yang membasahi tanganya dan bagian lainnya pula.

"Hmm, okay Bianca. Hari ini memang hari apes kamu." Bianca mulai berjalan memasuki gedung menuju kelasnya. Mungkin ia sudah terlambat sekarang, namun harus bagaimana lagi jika ini memang karena keadaan.

"Ca? basah gini. Kamu tadi nerobos hujan?" Baru beberapa saat memasuki gedung ia malah bertemu Daren dengan langkahnya meninggalkan gedung. Daren bersama kedua temannya, namun saat Daren menghampiri Bianca, terlihat kedua teman Daren itu pergi mendahului.

"Kak? Iya nih soalnya ujannya tiba-tiba gitu tadi. Aku gak ada bawa jas hujan, jadi ya gini deh."

Situasi gedung benar-benar sudah sepi. Karena siang ini memang sudah jamnya orang-orang di dalam kelas, bukan lagi jamnya orang baru datang seperti Bianca atau pulang seperti Daren.

"Pake Ca, nanti di kelas dingin. Kamu bisa masuk angin kalo cuman begini." Daren memberika jaketnya pada Bianca. Ia langsung membuka jaketnya itu memang ketika sudah melihat keadaan Bianca yang seperti ini.

Bianca hanya bisa menerima. Ia tau tak bisa menolak tawaran Daren. Karena itu pasti percuma, Daren dengan segala kekuatanya itu pasti akan memaksa. Daripada membuang-buang waktu untuk berdebat, akhirnya Bianca hanya menerima. Karena ia juga harus segera pergi ke kelas yang mungkin saja dirinya sudah telat sekarang.

"Makasih kak. Kalo gitu aku duluan ya kak, kayaknya aku juga udah telat." Bianca menerima jaket itu dan segera berjalan mendahului. Sambil menaiki tangga, ia juga sambil memakai jaket itu. Suhu tubuhnya sekarang memang masih terasa dingin.

Aroma khas Daren sudah bisa tercium bahkan sebelum ia memakai jaket itu. Aroma khas cowok-cowok kece kalo kata Bianca. Daren memang termasuk ke dalam list cowok-cowok kece kampus yang sering Bianca bicarakan dengan teman-temannya itu. Makanya tidak asing juga jika semua teman-teman sekelasnya heboh ketika melihat postingan fotonya dengan Daren waktu itu.

...

Bianca sedang bersantai ria di café ILY langgananya. Kali ini ia benar-benar bersantai tanpa di temani laptop yang biasa ia bawa. Biasanya memang ia selalu nyambil untuk mengerjakan tugas atau tulisan apapun itu. Namun kali ini, ia benar-benar ingin rileks sejenak. Tubuhnya mungkin butuh istirahat, begitu juga dengan pikirannya.

Tak lama, ia melihat sosok Daren masuk ke café. Daren juga tak kalah terkejutnya melihat Bianca ada di situ.

"Kak,ngapain kesini?" Bianca si cerewet itu sudah suudzon saja melihat Daren. Pikirannya sudah yang tidak-tidak kalau Daren laki-lagi mengikutinya.

DIBALIK LUKA (END)✅Where stories live. Discover now