cerita luka

121 10 0
                                    

Hari minggu kembali tiba. Hari ini juga, Bianca tak membuang waktunya untuk bermalas-malasan seperti sebelumnya. Meski hanya seorang diri, Bianca mulai berlari dengan ritme yang standar mengelilingi gor. Tak perduli melihat tatapan orang-orang kepadanya.

Kebanyakan dari mereka berpasanga atau tak sedikit juga yang bergerombol dengan teman-temannya yang lain. Setelah beberapa putaran dan rasa lelah mulai datang, Bianca menghentikan aktifitas larinya. Lalu duduk di pinggir lapangan dalam, yang biasa digunakan untuk main bola.

Bianca meneguk air yang dibawanya dari rumah. Setelah itu masih tetap duduk santai disitu sambil menunggu lelahnya hilang untuk setelahnya segera kembali ke rumah.

Disela istirahatnya itu, matanya tak sengaja melihat beberapa anak mulai berlatih seperti push up, sit up, cinning, bahkan pool up untuk laki-lakinya. Bianca bisa menebak betul, anak-anak itu pasti anak-anak SMA yang mungkin ingin mendaftar polisi atau tentara atau bahkan jenis lain yang berhubungan dengan itu.

Bianca terus memperhatikan mereka berlatih dengan semangat. Senyum tipis terukir di bibir ranumnya itu. Ingatanya kembali pada momen dimana ia yang berada di posisi itu.

Anak-anak kelas 12 tengah sibuk-sibuknya mengurus ujian sekaligus mengurus untuk masuk perguruan tinggi. Bianca hanya bisa tertawa melihat banyak teman-temannya yang frustasi lantaran merasa salah jurusan.

Masuk jurusan IPA tapi jiwa-jiwanya sungguh jiwa anak IPS. Bahkan untuk melanjutkan kuliah sekalipun, banyak dari mereka yang ingin memilih jurusan IPS.

Hanya beberapa saja diantara teman-teman sekelasnya itu yang lolos SNMPTN. Itu artinya, bahkan lebih dari setengah diantaranya masih bingung akan kemana.

Sedangkan Bianca? Wanita itu ingin sekali masuk polisi. Bahkan segala persiapan itu sudah dilakukannya sejak 2 tahun terakhir. Lebih tepatnya, saat ia mulai masuk kelas 11, ia sudah mulai latihan demi bisa masuk polisi seperti impiannya.

Latihan di polres bersama kakak kelasnya yang lain sama sekali tak membuatnya malu. Ia hanya menyerap ilmu sebanyak-banyaknya. Menambah pengalaman sebanyak-banyaknya pula. Meski tak yakin bisa lolos, karena ia tau jika sainganya itu tak sedikit. Tapi Bianca ingin sekali mencoba, setidaknya mencoba. Masalah lolos atau tidaknya itu urusan belakang. Diluar dari itu juga sbenarnya ia memiliki keyakinan yang besar. Karena selama latihan, setiap nilainya juga tidak pernah mengecewakan. Sedikit lebih serius saja, maka nilainya akan sempurna.

"Ca, kamu jadinya masuk mana nanti? Kayaknya nyantai aja selama ini." Salah satu teman sekelasnya itu bertanya pada Bianca. Yang sebenarnya, dia juga sama terlihat tenangnya.

"Gak tau Ra, masih ngambang lah sama kayak yang lain. Tau sendiri SN, SPAN, sama yang SPM, itu aku gagal semua."

Mendengar itu temannya justru terkekeh seperti ada yang lucu. Bianca yang heran pun langsung bertanya. "Kenapa Ra?"

"Aku tau kalo semua itu kamu gak serius. Semuanya juga tau Ca kalo kamu itu gak mau kuliah. Makanya kamu juga gak begitu berharap dan santai aja kan waktu tau gagal disitu?"

Bianca diam. Memang benar, semua temannya juga tau jika ia tak pernah serius untuk mengurus kuliah. Karena yang ia harapkan bukan itu. Melainkan pendidikan. Hanya saja, usahanya sejauh ini masih belum mendapat restu orangtua. Entah kapan kiranya restu itu akan di berikan padanya.

"Gimana? Udah di bolehin buat daftar polisi?"

Bianca menggeleng dengan pertanyaan itu. "Belum Ra. Gak tau bisa dapet izin atau enggak." Tatapannya itu mulai sendu. Membayangkan bagaimana jika sampai saatnya nanti ia masih tetap tidak mendapat izin.

DIBALIK LUKA (END)✅Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt