Berbagai luka?

84 3 0
                                    

Setelah selesai kelasnya siang ini, Bianca segera menemui Daren yang katanya lagi ada urusan di aula utama. Daren meminta menemuinya di sana sehingga selesai kelas Bianca langsung pergi ke aula utama itu.

Kepalanya celingukan mencari sosok Daren, kondisi aula saat ini tidak terlalu ramai tapi tidak juga sepi. Namun Bianca belum bisa menemukan Daren di sana.

"Ca?" Panggil Daren di pinggir aula itu. Kondisi Daren sangat fresh. Wajahnya basah, Bianca tebak Daren pasti akan ke masjid. Kebetulan masjid memang ada di samping aula dan hari ini juga hari jum'at. Melihat Daren yang seperti itu, tingkat kegantenganya bertambah berkali-kali lipat dari biasanya.

"Eh kak, mau ke masjid?" Tanya Bianca basa-basi. Padahal ia sebenarnya juga sudah tau jika Daren ini ingin ke masjid.

"Ya... seperti yang kamu lihat." Ucap Daren sambil tersenyum manis. Sangat manis sekali membuat Bianca juga tak bisa menyembunyikan senyumnya.

"Nah gini Ca, kamu harus sering-sering tersenyum gini. Hanya ingat sesuatu yang kamu suka dalam hatimu. Dengan begitu kamu bisa makan dan tidur dengan tenang. Lakukan apa yang buat kamu bahagia, tapi jaga agar tetap di jalannya."

Bianca tersipu di tempatnya. Ia juga salah fokus sekarang karena ada beberapa pasang mata yang memperhatikannya dari kejauhan. "Oh ini kak," Bianca memberikan jaket yang di bawanya. "Aku cuman mau kembaliin jaket ini, makasih waktu itu udah di pinjamin."

"Iya aku terima, gak ngerepotin kok. Makasih udah di cuciin."

"Iya kak sama-sama. Yaudah, aku pergi dulu ya kak, bentar lagi mulai khutbah tu." Bianca mengingatkan Daren kalau sholat jum'at akan segera di mulai sebelum ia beranjak pergi.

Sedangkan Daren hanya tersenyum menanggapi itu. Melihat Bianca sampai benar-benar tak terlihat oleh pandanganya baru ia akan masuk ke dalam masjid.

"Udah kali ngeliatinya. Udah gak ada itu orangnya." Daren tersentak karena tiba-tiba temannya ada di sampingnya dan menggodanya dengan Bianca.

"Apaan sih." Tanpa menghiraukan temannya itu Daren langsung masuk ke dalam masjid.

"Daren, Daren, kalo suka bilang aja kali. Jangan pura-pura gak tau perasaan sendiri gitu." Temanya Daren itu berujar sambil menggeleng-gelengkan kepalanya sebelum akhirnya ikut masuk ke dalam masjid.

...

Banyak hal yang terkadang selalu membuat kita dilema. Sampai kita lupa, untuk apa sebenarnya kita hidup. Terlalu berlarut dengan apa yang terlalu menyakitkan sampai lupa kapan terakhir kali kita menikmati kebahagiaan.

Bianca datang ke salah satu panti asuhan di kota khatulistiwa ini Ia mengikuti saja kemana kakinya ini akan melangkah. Saat ia memarkirkan motor, matanya langsung tertuju pada seorang wanita yang mungkin seumurannya tengah memisahkan anak yang tengah bertengkar berebutan bola di sana.

Bianca lantas langsung menghampiri mereka. "Halo, siapa namanya?" Sapa Bianca ditujukan pada kedua anak laki-laki itu.

"Blian - Habib." Ucap dua anak itu secara bersamaan.

"Mau hadiah gak? Tapi kalo mau jangan bertengkar lagi." Kedua anak itu saling pandang lantas mengangguk senang. Bahkan bola yang di perebutkannya tadi sudah jatuh, tapi mereka bahkan tak menyadari itu.

"Kakak ada bawa hadiah, tapi kakak bagikan nanti di dalam. Sekarang kalian main bareng dulu jangan bertengkar. Kalo gak akur nanti hadiahnya gak kakak kasih."

"Janji ya kak?" Ucap anak cadel yang menyebut dirinya Blian tadi.

"Iya."

Setelah Bianca mengatakan itu mereka memang langsung pergi untuk main bola bersama. Benar-benar seperti tak ada masalah sebelumnya melihat mereka yang seperti itu. Inilah yang Bianca suka dari anak kecil. Andai dirinya yang sekarang juga bisa seperti itu. Mungkin hidupnya juga akan menjadi lebih baik lagi.

DIBALIK LUKA (END)✅Where stories live. Discover now