Althan Chapter 7

748 96 4
                                    

JANGAN LUPA UNTUK VOTE & COMMENT😊!






Tubuh Althan berputar di depan cermin. Ritual wajibnya setiap selesai mandi. Menyemprotkan parfum ke seluruh tubuhnya hingga isi dari botol parfum itu berkurang drastis. Kali ini parfum dari merek JM yang dia pakai. Salah satu merek parfum favoritnya.

"Harus wangi, siapa tau nanti ada janda kembang nemplok." Ujarnya setelah merasa seluruh bagian tubuhnya terkena parfum. Dia menutup botol parfum itu sebelum meletakkannya dijejeran parfumnya yang lain.

Tak lupa, jambul pancar auranya dia sisir ke atas lalu mengacaknya kembali.

"Ganteng banget anak pak haji udin." Pujinya pada diri sendiri. Punya wajah ganteng kalau bukan untuk di puji dan di pamerkan untuk apa ya kan?

Althan meraih tas-nya yang hanya berisi satu buah buku, dua botol parfum, dan jangan lupa dompetnya. Kakinya menuruni tangga dengan cepat.

"Selamat pagi! Eh?" Kepala Althan celingak-celinguk mencari keberadaan kedua orang tuanya. Biasanya Papanya sudah nangkring di meja makan, dan mamanya menyiapkan makanan. Ini kok, cuma ada Bi Siti?

"Selamat pagi Den, makan dulu Den." Bi Siti menyiapkan se piring nasi goreng dengan lauk ayam tak lupa segelas susu untuk Althan.

"Loh, Bi. Papa sama Mama mana? Kok gak ada?" Tanya Althan lalu menarik kursi untuk dia duduki.

"Eh? Memangnya Den Althan gak tau kalau nyonya sama tuan pergi ke Bali?"

Tuan dan Nyonya tempatnya bekerja itu tadi malam memang berangkat ke Bali. Waktu itu Althan sedang keluar bersama teman-temannya, mangkanya anak itu tidak tau.

"Ke Bali Bi?!" Althan terkejut, tentu saja. Papa dan Mamanya tidak bilang apa-apa kalau hendak pergi ke Bali. Tau gitu, dia ikut kan? Apalagi membiarkan Mamanya bersama sang Papa bukanlah pilihan yang bagus.

Althan mengeluarkan ponselnya dari saku. Segera dia menghubungi nomor Papanya.

"Halo! Ke Bali gak ajak-ajak! Papa macam apa begitu?!" Sambarnya saat sambungan teleponnya terhubung.

"Suka-suka lah! Uang-uang Papa kok kamu yang repot."

"Ada apa telepon ha? Papa masih capek habis lembur sama Mama."

"Pa! Althan gak mau ya, pulang-pulang kalian bawa kabar adik Althan mau debut! Gak ada!" Althan berkacak pinggang. Sangat-sangat menolak kehadiran seorang adik. Menurutnya dirinya saja sudah cukup menjadi beban keluarga, tidak perlu menambah lagi.

"Suasananya mendukung buat nyemprot lahan. Gak janji deh."

"Papa! Althan bakar nih rumah mau?"

Kekehan Papanya terdengar di telinga Althan.

"Kenapa Mas?"

Suara Mamanya terdengar, sepertinya baru bangun tidur.

"Biasah, anak tunggalmu."

"Halo sayang, kamu belum berangkat sekolah? Udah sarapan? Baik-baik aja kan, di rumah?"

"Ma... kok gak bilang kalau pergi?" Manja mode on. Kalau sudah bersama Mamanya, Althan akan berubah manja seperti ini.

"Kebiasaan Papa kamu! Suka mendadak kalau mau pergi!"

"Kalau gak gitu pasti dia ikut yang, tau sendiri dia suka rese ganggu acara main kita."

"Mas!" Tegur Mama Althan.

"Ma... pokoknya Althan gak mau ya Ma." Rengeknya.

"Iya sayang, sekarang kamu sarapan, habis itu berangkat sekolah ya? Nanti Mama transfer uang sakunya."

ALTHANWhere stories live. Discover now