Althan Chapter 19

565 82 1
                                    

Ini sudah yang kelima kalinya Arjuna bolak-balik ke kamar Althan. Bukan tanpa sebab, mendapati sang anak tunggal yang mendadak diserang demam membuatnya panik. Aruna pun demikian. Dia tak kalah khawatirnya dengan sang suami. Bedanya dia bisa menyikapi hal ini dengan tenang.

"Aduh Pa, malah sakit kalau kepalanya dipijet." Keluh Althan saat Arjuna terlalu keras memijit kepalanya. Soal mencari perkara dengannya Papanya akan menjadi yang terdepan, tapi kalau soal hal ini Papanya nol besar.

Aruna datang membawa baskom berisi air beserta handuk yang akan digunakan untuk mengompres Althan menegur Arjuna.
"Udah Mas, itu Althannya tambah sakit nanti. Kamu minggir dulu biar aku kompres anaknya."

"Tolongin Althan Ma. Papa payah banget soal ngurusin Althan. Nggak kayak Mama." Adu Althan seperti anak berusia lima tahun. Ini pasti kalau Yura mendengar dan melihat tingkahnya akan ditertawakan seumur hidup.

Aruna menggeser tempat Arjuna yang duduk di sebelah Althan, membuat Arjuna mau tak mau berdiri. Menyerahkan tugas ini pada istrinya yang lebih berpengalaman. Soal yang dikatakan Althan dia juga setuju kalau dia tidak sepandai Aruna dalam mengurus Althan, tapi soal kebutuhan ia tidak perlu dilakukan. Ia akan mengusahakan apapun untuk melihat senyum sang anak tunggal dan sang istri.

"Papa telepon dokter aja ya? Atau mau langsung dibawa ke rumah sakit aja?"

Aruna menaruh handuk yang sudah ia basahi lalu diperas ke jidat Althan, lantas menoleh. "Kayaknya nggak usah deh, Mas. Tadi Althan juga udah makan terus minum obat. Biar dia istirahat dulu. Besok kalau semisal demamnya belum turun baru kita bawa ke rumah sakit."

"Tapi Yang--"

"Aduh Papa ribet! Althan cuma demam. Nggak usah lebay. Besok paling sembuh. Kalau dikawinin lebih cepet lagi sembuhnya." Ujar Alrhan diakhiri cengiran.

"Gundulmu kawin-kawin! Sekolah masih sering bolos belagak mau kawin. Lagian sok kuat banget kamu pulang-pulang basah kuyup." Cerca Arjuna. Disaat-saat seperti ini masih bisanya Althan menyulut pertikaian. Salahnya juga tidak membaca doa waktu memproduksi Althan. Ya jebulannya seperti Althan ini jadinya.

Yang dimarahai malah cengengesan. "Tadi bolos Pa, biasa pacaran dulu." Akunya. Tadi dia mengajak Yura pergi ke pantai yang jaraknya lumayan jauh, pulangnya turun hujan. Kendati dia hanya membawa satu mantel, dia berikan pada Yura. Dan dia yang kehujanan.

Aruna menghela napas. Kalau sudah berada di rumah, manjanya Althan akan keluar.
"Mama boleh minta sama Althan?" Althan diam mrndengarkan lalu mengangguk.
"Jangan sering-sering bolos ya? Nggak enak sama Om Bram. Nanti takutnya dia dicap buruk sebagai kepala sekolah. Karena ngasih privilage sama ponakannya. Kan, kasihan."

Althan berfikir sejenak lalu mengangguk. "Althan nggak bisa janji, tapi Althan usahain deh."

Aruna tersenyum teduh menatap putra sematawayangnya. Dulu waktu kecil Althan sempat dilarikan kerumah sakit karena terjatih dari pohon saat memanjat. Akibatnya, punggungnya cidera dan harus dirawat selama berbulan-bulan di rumah sakit. Saat itu masih teringat jelas bagaimana paniknya Arjuna saat berlarian mengendong Althan menyusuri lorong rumah sakit. Memang, selalu ada keributan saat keduanya kompak membuat kesabarannya menipis, tapi Arjuna lah yang paling menyayangi Althan.

"Ya udah, kamu tidur ya? Besok kalau masih demam nggak usah masuk sekolah dulu. Kita ke rumah sakit." Ujar Aruna yang diangguki Althan.

Aruna berdiri mengajak Arjuna untuk membiarkan Althan beristirahat. Aruna sudah berjalan terlebih dahulu, Arjuna yang berjalan dibelakangnya kembali menoleh ke arah Althan yang sudah memejamkan mata. Dia mendekat, lalu membenarkan selimut Althan yang melorot. Setelahnya barulah dia benar-benar pergi dari kamar Althan.

ALTHANWhere stories live. Discover now