Althan Chapter 8

699 90 5
                                    

Jangan lupa untuk Vote & Comment😊!





Yura memegang dadanya, jantungnya berdetak dengan cepat, keringat membasahi dahinya. Pukul dua belas malam dia terbangun, lagi-lagi mimpi itu. Dia menghela napasnya kasar.

"Sampai kapan kayak gini terus? Apa ini pembalasan dari lo buat gue?"

Yura meremas rambutnya lalu kakinya turun dari ranjang. Dia melangkah menuju toilet untuk membasuh wajahnya. Berharap segarnya air dapat membantu melepaskan semua kekhawatirannya.

Dia menatap wajahnya lamat-lamat di kaca wastafel. "Lo pasti benci sama gue, kan?" Yura menertawakan dirinya sendiri. Seharusnya tidak perlu bertanya, dirinya memang pantas untuk dibenci.

Saat keluar dari kamar mandi, telinganya sayup-sayup mendenga keributan. Bergegas dia keluar dari kamarnya, kakinya menuruni tangga dengan cepat.

"Perempuan sialan! Belum puas kamu 3 hari sama selingkuhanmu itu?! Sekarang kamu mau pergi lagi hah?!"

"Seharusnya kamu ngaca Mas! Ke mana aja kamu selama seminggu? Sibuk sama Wanita jalang itu--"

PLAKK!

Santi--Mama Yura jatuh tersungkur karena pukulan Ferdian--Papa Yura yang terlalu keras.

"Pah!"

Yura menghampiri Mamanya, "Udah Pa! Jangan pukul Mama lagi" Yura bersujud menghalangi Santi dari Ferdian. Sembari menyatukan kedua tangannya, Yura memohon agar Papanya menghentikan pertengkaran mereka.

"Kalau Papa mau pukul, pukul Yura, jangan Mama." Sambungnya.

Ferdian menatap Yura dan Santi bergantian, "Kalian berdua sama saja! Tidak berguna!" Dia melampiaskan kemarahannya pada Yura sebelum pergi.

Yura hanya diam menerima pukulan dari Papanya. Iya, lebih baik dirinya yang di pukul daripada Mamanya.

Mengabaikan rasa sakit di beberapa tubuhnya, dia menghampiri Mamanya.

"Mama gak papa kan?" Tangannya mencoba meraih tangan Santi. Sayang, sebelum berhasil menyentuhnya, tangannya di hempaskan dengan kasar oleh Santi.

"Jangan sok peduli kamu! Ini semua gara-gara kamu! Kalau bukan karena kamu, saya gak mungkin kehilangan dia! Seharusnya kamu yang pergi, bukan dia!" Amuk Santi pada Yura.

"Saya muak lihat kamu!"

Santi bangkit. Tanpa sepatah kata lagi dia pergi meninggalkan Yura.

Yura menatap kepergian Santi dengan mata memanas. "Tapi Yura juga anak Mama." Lirihnya.

-o0o-


Althan mengendarai motornya dengan kecepatan sedang. Tubuhnya yang terbalut jaket membelah jalanan di malam hari ini.

Dia baru saja pulang dari rumah Yuda untuk bermain PS bersama. Tentunya bersama Aldo dan Saka, mereka berempat menghabiskan waktu semalaman untuk bermain PS sebelum Mama Althan menelepon dan menyuruhnya pulang.

Sampai di persimpangan jalan, mata Althan melihat sesuatu yang tak asing lagi baginya.

Dia membawa motornya mendekati objek itu.

"Orang beneran ternyata, gue kira Kuntilanak." Ucap Althan setelah menghentikan motornya tepat di depan Yura.

Althan mengernyit heran karena tidak mendapat jawaban dari Yura. Dia turun untuk menghampiri Yura yang masih duduk diam dengan kepala menunduk itu.

Dia menjentikkan jarinya di depan wajah Yura, menyadarkan cewek itu dari lamunannya.

"Lo lagi?! Ngapain lo di sini?" Tanya Yura yang telah sadar dari lamunannya. Dia menatap garang pada Althan yang malah cengengesan tidak jelas.

ALTHANWhere stories live. Discover now