32

1.2K 181 59
                                    

⚠️ mention drunk

Happy Reading!

꧁꧂


Menyadari bahwa Seokjin mampu berlari sejauh itu dengan keadaan kakinya yang terluka telah mengungkapkan sebesar apa keinginannya untuk mengejar Yoosun. Dan sedalam apa rasa kehilangannya.

Jungkook tidak banyak berbicara, segera menggendong Seokjin di punggungnya dengan kuat. Isakan Seokjin yang sangat lirih mengiringi langkahnya kembali ke dorm.

"Tubuhmu lebih ringan dua kali lipat dari saat terakhir kali aku menggendongmu. Jin hyung oh Jin hyung, kapan terakhir kali kamu makan?"

Tanpa dijawab pun Jungkook sudah bisa menebak mungkin saja Seokjin tidak makan sama sekali, mirip dengannya saat dia sedang burn out; tidak nafsu makan. Namun, tak pernah ia sangka Seokjin akan berada dalam keadaan sehancur ini, sampai-sampai Jungkook juga ikut merasakan kehancurannya.

"Di sini saja," ujar Seokjin saat mereka telah sampai di ruang tengah, tepatnya di dekat sofa besar yang biasanya digunakan untuk nonton bersama. Seokjin tidak mau pergi ke kamarnya sendiri, malah lebih memilih untuk beristirahat di sini.

Jungkook tidak bertanya alasannya, karena ia sudah tahu mengapa. Kamar Seokjin adalah kamar Yoosun juga. Jika Seokjin berada di sana dan menghidu aroma Yoosun yang tertinggal di bantalnya, bisa jadi Seokjin akan kembali berlari menyusul ke rumah Baekyung untuk bertemu Yoosun.

Sebuah usaha yang sia-sia, karena jika Baekyung sudah menghilang, dia akan sangat sulit ditemukan.

"Hyung, bajumu harus diganti, lukamu juga harus diobati lagi. Ke kamarku saja ya? Tidur di sana."

Kemudian Hoseok muncul dan berkata, "Bawa Jin hyung ke kamarku dan Jimin saja, Kook. Kamarmu masih banyak barang berserakan, takutnya Jin hyung tidak nyaman."

"Oke, hyung."

Seokjin ingin menolak, tapi apa sih yang bisa dilakukannya? Turun dari punggung Jungkook saja tidak mampu. Tubuhnya benar-benar lemas, kesadarannya juga tersisa sedikit. Jadi dia hanya pasrah saja ketika Jungkook membawanya ke kamar paling luas di dorm mereka itu.

Kamar Hope & Jimin.

Memang pilihan yang tepat, kamar Hope & Jimin bisa dibilang kamar yang selalu bersih, rapi, dan nyaman, karena ada Hoseok si rajin dan Jimin si penggemar keindahan.

Jungkook membaringkan Seokjin yang setengah sadar di salah satu ranjang yang ada. Lalu melepas sepatu dan kaos kakinya. Membersihkan darah di sekitar lutut, siku, telapak tangan, dan bekas luka tembak yang kembali basah menggunakan alat P3K yang disediakan Hoseok.

Jimin telah mengambil piyama RJ di kamar Seokjin. Mereka bertiga bahu membahu mengganti pakaiannya. Luka di tubuh Seokjin membuat mereka sangat berhati-hati saat melakukannya. Namun tepat saat kaos dalam Seokjin dilepas dan menampilkan tubuh bagian atasnya, ketiga orang tersebut terpekik kaget.

"Hyung?!"

"I-ini ...?"

"Bekas luka cambuk," gumam Hoseok menahan napas.

Mata mereka melihat dengan jelas, punggung dan dada Seokjin penuh dengan bekas sayatan melintang, ada yang panjang dan pendek, ada yang dangkal dan ada pula yang dalam. Semuanya terlihat telah sembuh sejak lama namun tetap meninggalkan bekas yang mengerikan untuk dilihat.

Inikah alasan Seokjin tidak pernah lagi bersedia bertelanjang dada meski sedang bersantai di dorm atau saat cuaca sangat panas?

Inikah alasan Seokjin selalu menolak ketika diajak gym? Menolak pergi ke sauna bersama?

Struggle • KSJ (Completed)Where stories live. Discover now