36

1K 161 36
                                    

November, 2019

Sepuluh bulan berlalu, luka yang Jiho tinggalkan masih begitu membekas. Dia telah menghabisi hampir seluruh keluarga besar Kim, hingga yang tersisa sekarang hanyalah keluarga Seokjin. Ayah Seokjin pincang, ligamen lututnya rusak permanen akibat tembakan. Beruntung ibunya masih bisa diselamatkan tepat waktu. Tapi yang menyedihkan adalah, Nyonya Song jatuh depresi karena kehilangan putri semata wayangnya.

Bukannya tidak berusaha mencari, tapi Jiho benar-benar licin dan licik. Keberadaannya sudah diketahui dari beberapa bulan lalu, namun pertahanan kawasannya sangat sulit ditembus. Maka dari itu, Seokjin berencana turun tangan sendiri mumpung Bangtan sedang cuti sebulan. Dia bergerak diam-diam tanpa sepengetahuan keluarganya, karena mereka pasti tidak akan mempercayainya. Sebenarnya dirinya sendiri pun ragu, tapi dia membawa serta pengawal utama, jadi kepercayaan dirinya sedikit tumbuh.

"Tuan Muda, apapun yang terjadi nanti, tolong jangan gegabah." Sergei mengingatkan. Dia nekat mengikuti keinginan Seokjin tanpa memberi tahu Tuan Kim, karena dia merasa bersalah pada Yoora yang dibawa paksa oleh Jiho.

"Sebelumnya Nona Yoora bisa melindungimu, tapi jangan mengharapkan itu terjadi lagi. Setelah melihatmu, bajingan itu pasti akan langsung menembak kepalamu."

Salah satu penyesalan Sergei adalah tidak diperbolehkan hadir dalam pernikahan Jiho. Ia dan semua anggota pengawalnya malah diberi cuti, sehingga keamanan Tuan Kim memang longgar sekali. Andai saja dia tetap datang, kejadian itu tidak akan memakan banyak korban. Sekarang yang harus dia pastikan keselamatannya adalah Seokjin. Dia sudah berjanji pada dirinya sendiri akan menjaga Seokjin dengan nyawanya.

"Kau tenang saja. Sepuluh bulan terakhir, aku telah meningkatkan kemampuan bertarungku."

"Kim Seokjin, kau sangat lemah!"

Seokjin berdecih ketika mengingat kalimat terakhir Jiho. "Dia akan kaget saat bertemu denganku, aku tidak selemah dulu."

Kalimat itu Seokjin buktikan dua jam berikutnya, ketika dia berhasil menyusup ke wilayah Jiho dengan menyamar menjadi salah satu anggota kartel penjahat itu. Saat ini dia sedang berdiri merapat ke dinding bersama anggota lain. Rupanya Jiho akan lewat, di belakangnya ada Yoora mengikutinya.

Seokjin hampir tidak bisa menahan diri ketika melihat Yoora. Kulitnya pucat, pipinya tirus, sorot matanya letih. Dan dari semua itu, yang paling menonjol adalah perutnya yang membesar. Dia hamil? Jantung Seokjin seperti dihujam belati berkali-kali.

"Oh!"

Gawat, Yoora melihatnya! Yoora mengenalinya! Seokjin segera menundukkan kepala.

"Ada apa?" Jiho bertanya, ekspresi kerasnya berubah lembut saat berbicara dengan Yoora.

Yoora kembali fokus menatap ke depan, "Aku hampir tersandung."

"Kemarilah." Jiho menarik Yoora agar berjalan di sampingnya, lalu menggandeng tangannya. "Jangan sampai terluka."

"Cih. Caper."

Jiho menoleh ke arah wanita yang datang dari arah sebaliknya. "Sudah kubilang berapa kali, berhenti merundung istriku!"

Wanita tersebut tampak kejam dengan riasannya yang mencolok. "Jiho ... Jiho, mau-mau saja diperbudak cinta. Dia tidak mencintaimu heh!"

"Shut up!" Jiho membentak. Emosinya hampir lepas jika Yoora tidak mengingatkannya. Akhirnya Jiho hanya menghela napas, "Kau memang lebih tua dan merupakan anak kandung Ayah. Tapi jangan lupa, di sini akulah penerus kekuasaan yang sebenarnya."

"Hahaha." Wanita itu malah tertawa gila.

"Ayo pergi," Jiho melanjutkan langkahnya sampai menghilang di belokan.

Struggle • KSJ (Completed)Where stories live. Discover now